Monday 11 March 2013

Huru Hara ke Kawah Ijen

kawah ijen

Di atas kursi di depan meja belajar sambil mempersiapkan ujian, pikiran saya fokus bukan pada materi ujian tapi pada  kemana saya akan pergi waktu libur  pasca ujian.  Pencarian ide dimulai dengan berpikir keras untuk mengingat  bucket list tempat-tempat eksotis yang belum dikunjungi. Dengan prioritas budget dan waktu jatuhlah pilihan pada kawah Ijen. Dari mana muncul ide ini?? Di tengah usaha membongkar isi otak, saya menemukan ingatan mengenai obrolan ringan saya dengan teman dan ada kata kata ijen disana.

Pengumpulan informasi dimulai dengan mendekatkan diri pada Tuhanya informasi duniawi si Google, ulasan ringkas  wikitravel, dan situs berbahas inggris lainnya. “oh my God” ternyata tempat ini tenar di dunia maya terbukti dengan  jumlah artikel yang menggunakan kata Ijen mencapai 3.340.000 tulisan. Di search foto fotonya makin bikin ngeiler. Kenapa sekarang saya baru tahu ada surga yang letaknya masih di Jawa?. Memang lebih baik kepagian daripada kesiangan, lebih baik kesiangan dari pada kemalaman, tapi kan terlambat tetap lebih baik daripada tidak sama sekali kan??.  Makin mencari tahu, makin ke ubun ubun aja keharusan ketempat ini. Pokoknya harus jadi titik.!  Pencarian selanjutnya adalah bagaimana saya kesana?. Puluhan artikel catatan perjalanan saya baca sekilas sekilas sampai menemukan 2 (dua)  jalur utama kesana yaitu lewat banyuwangi atau lewat bondowoso dengan kelebihan dan kekurangan masing masing.  Rencana pun tersusun seperti ini : pagi hari dari Yogyakarta ke Banyuwangi naik kereta ekonomi sri tanjung , karena akan tiba tengah malam, maka menginap di stasiun, kemudian dilanjutkan pagi menuju ke arah Paltuding, desa tertinggi sebelum kawah ijen dengan naik angkutan desa disambung truk pengangkut belerang, kemudian menginap di atas dan menikmati kawah ijen saat sunrise. Very great planning with a very low budget and take a long time, but very adventurous.

Checklist selanjutnya adalah dengan siapa saya akan pergi?? Saya menghubungi beberapa teman saya dengan menjabarkan short itinerary-nya.  Di antara hampir 10 teman yang masuk list kemungkinan berminat  hanya 3 orang yang menyatakan akan ikut, itu pun akhirnya cuma 1 (satu) yang bilang pasti bias sebut saja namanya Bayu. Surprisenya lagi, ia dengan sukarela menyediakan mobil dan ada driver keluarganya yang juga ikut, otomatis itu semua merubah rencana sebelumnya tentunya merubahnya jadi lebih baik. Walaupun kesanya jadi kurang menantang tetapi tidak masalah karena akan lebih hemat waktu toh?.   Selain ajakan secara personal, saya juga memposting rencana ini di sebuah forum komunitas traveller . Surprise lagi  yang kedua besoknya ada telpon dari akun skype asing yang ingin ikut gabung ke Ijen setelah membaca postingan di forum. Namanya Martin asal scotlandia. Kami pun bersepakat bertemu di situbondo karena dia masih berada di Bali sampai hari itu.

Perjuangan keras memajukan jadwal ujian anestesi benar benar menguras tenaga, emosi dan pikiran. Berkutat dengan birokrasi yang serba ribet dan tidak pasti memang tidak menyenangkan. Dengan sedikit kengototan  ujian pun bisa dilaksanakan tanpa molor lagi. Hari jumat itu, ujian dimulai jam 14.00 dan diberi waktu dua jam untuk mengerjakan. Pukul  15.00 saya sudah mengumpulkan jawaban ujian dan segera berlari ke parkir dengan target tidak ketinggalan kereta. Ahaaa saya belum packing sama sekali.

Sekali lagi saya harus melempar  tas kuliah  ke atas kasur dan segera menggantikannya dengan ransel kecil untuk segera dijejalkan kaos, jins, dan segala hal keperluan travelling.  Teori keselamatan berkendara pun lupa saya amalkan saat melaju ke stasiun. Semua demi kereta api terakhir dan satu satunya yang akan menuju Madiun.  Kereta terakahir ke madiun hari itu sempet saya kejar, namun  di dalam kereta madiun jaya saya belum bisa duduk manis karena kalah berebut kursi.

aktivitas penambangan belerang di bibir kawahh ijen
Bayu menyambangi saya didepan gerbang stasiun madiun. Ibu dan ayahnya menyambut dangan ramah. Kelaparan saya akibat mengerjakan ujian dan lari mengejar kereta terpuaskan masakan ibunya,  benar benar malaikat. Semalam di Madiun sudah sangat cukup merepotkan keluarga teman  bayu . saat azan subuh mengumandang kami semua sudah bangun untuk sarapan dan bersiap siap. Hal paling mengejutkan dari hasil persiapan ini adalah tas saya yang teryata jauh lebih kecil dari yang bayu bawa. Saya Cuma bawa ransel kecil dan bayu bawa keril besar plus tas kamera. Saya pun bingung siapa yang salah disini. Muncul satu lagi perbedaan adalah saat akan mulai pergi, kepergian teman saya ini dilepas kedua orang tua seperti akan pergi sangat jauh, lama lama diperhatikan adegannya jadi mengharukan, sedangkan saya belum ijin ke orang tua, namun di kemudian hari saya ijin ijin kok.

Perjalanan ke Ijen pun dimulai dari sini…