Thursday 31 March 2011

Session 2 : Komodo trekking (WEST FLORES : KOMODO AND SO MUCH MORE )

posting sebelumnya (session 1) bisa di check di link berikut :
http://avventuriero-life.blogspot.com/2011/02/west-flores-komodo-and-so-much-more.html

Cont’ day 3
Masih ada hal menarik yang bisa saya ceritakan pada malam day 3. Setelah negosiasi kapal yang berakhir tidak mengenakkan. Kami bersepuluh menyewa 2 kamar. Satu kamar untuk para wanita dan satu kamar untuk para pria. Jadi satu kamar masing-masing untuk 5 orang. Kamar terdiri atas dua ranjang yang berukuran lumayan besar. Tiap orang mengeluarkan uang 20 ribu untuk satu malam menginap di “losmen” ini. Setiap orang mempunyai style dan ritual tidur yang spesifik. Hal inilah menjadi sumber masalah disini. Kamar ini juga dilengkapi satu colokan listrik. Satu colokan listrik ini diperubutkan oleh banyak kepentingan, ada yang mau ngecharge hape (5 orang), kamera (4orang), kipas angin satu. Saya malam itu sangat kepanasan dan itulah cuaca real disini, maklum tempatnya tepat dibibir pantai. Dari jaman kuda makan cendol (saya pinjam istilah ini dari teman kuliah) sampai jaman penyerangan ahmadiyah seperti sekarang, cuaca pinggir pantai selalu warm and hot. Saya ingin sekali menghidupkan kipas karena panas dan kamar ini tidak berjendela, tetapi ada yang tidak suka kipas angin trus ada yang mau ngecharge. Saya mengalah namun mengajukan permintaan, kalo kayak gitu lampu dihidupkan biar saya bisa membaca agar bisa tertidur, tetapi lebih banyak lagi yang menentang. Akhirnya saya dan mas Ari (yang gak kebagian tempat tidur plus bantal ) nangkring di luar sampai larut malam supaya bisa ngantuk dan maugak mau harus tidur.

.

Day 4, 24 januari 2011

KOMODO and Snorkling
Perjuangan mencari kapal untuk ke Taman nasional Komodo semalam, belum berakhir. Tepatnya belum membuahkan hasil. Memang kesabaran masih harus di uji. Kebahagian perlu perjuangan keras. Oh iya mumpung ingat..saat tadi malam ngobrol ngobrol dengan bapak nasi goreng setelah negosiasi, kami diingatkan untuk tidak berlama lama di di labuan bajo, karena cuaca mendekati imlek akan lebih buruk dan automatically, kita tidak akan bisa pulang naik kapal alis terjebak disini lebih lama (si bapak menceritakan pengalaman tiap tahun kalo sekitaran imlek sampai satu bulan berikutnya cuaca daerah sini akan sangat buruk dan kapal biasanya tidak berlayar). Maka di bentuklah pansus. Aku, Rizka, dan mas dedi bertugas mencari kapal ke komodo, sedangkan mas Ari mengecek harga tiket pesawat ke Denpasar (satu2nya penerbangan adalah lab.bajo-denpasar) untuk jaga-jaga jika memang benar benar ombak tinggi besok.

dermaga kapal ke TNK
Pagi sepagi-paginya jam 6an Aku, Rizka, dan mas Dedi melangkahkan kaki ke arah dermaga mengikuti petunjuk mas- mas penjual pulsa yang tadi malam saya tanyai.  Pelabuhan PELNI dan dermaga tempat kapal Ferry kami merapat semalam letaknya berbeda. Jaraknya sekitar 300meter. Di depan pelabuhan ini ada board kayu bertulis welcome taman nasional komodo. Kantor pelabuhan sangat amat sepi. Maklum lah kapal yang pergi atau bersandar perharinya hanya satu. Itu pun kalau ada.

Menghampiri bapak yang sedang memancing di dermaga
Mas Dedy : bapak, kalau mau cari kapal untuk ke komodo dimana?? (baru semalam disini kta sudah fasih berbahasa logat flores)
Bapak : ya ini disini semua kapalnya disewakan untuk ke komodo, tapi coba ke bapak yang disana, yang sedang duduk duduk...

negosiasi centa harga penyebrangan ke TNK
Kami pun lanut menuju bapak bapak yang sedang duduk santai
Mas dedi : pagi bapak, apa bapak menyewakan kapal?? Bisa bicara bicara sebentar

Inti pembicaraan ini menghasilkan kesepakatan untuk pergi ke pulau komodo dengan harga 1,2 juta bolak balik. (ujungnya harganya jadi turun..aku lupa)

Setelah memberi kepastian hukum bahwa kami benar benar jadi memakai jasa bapaknya kami pun segera pulang ke losmen untuk memberitahu anak-anak. Aku dan rizka pergi ada keperluan pribadi ke apotik dulu. Mas dedi kembali ke losmen untuk memebri tahu anak anak agar segera bersiap siap.  Aku dan rizka mencari apotik untuk menunda tamu bulanannya yang dapat memancing komodo, tapi ternyata apotik tidak menyediakan obat KB tersebut. Ya mungkin ada tapi si mbak penjual/apoteker ditanya jenis obat bernama pro****, si mbak malah cengengesan mencurigai kita...dan bilang TIDAK ADA. Ya sudah, semoga si tamu tidak datang pas sudah sampai di komodo.  Kan kasian juga udah jauh jauh datang tapi cuma karena kodrat harus hancur rencana.

Setelah misi gagal, aku mengajak Vini mencari penyewaan snorkling. Kami mendapatkan satu set Fin dan Google seharga 30RB. Lumayan tidak mahal.  Rahmanu dan basari bertugas membeli nasi bungkus untuk makan siang romantis kita semua di atas kapal.

Sampai di depan dermaga ternyata awak kapal sudah menunggui kita karena kita terlalu lama dan yang ditakutkan adalah ombak keburu pasang. Dan ternyata memang sudah terjadi begitu. Akhirnya kita menentukan target ke Pulau Rinca saja yang banyak komodonya.

Hari ini adalah hari yang paling bersemangat. Semua hawanya sudah sangat tidak sabar. Pembayaran akan 66 jam diperjalan akan dijawab disini. Apakah benar benar akan terbayar atau komodo akan berhutang pemandangan pada kita.

Tanpa pandang sana sini sudah otomatis satu-satu (ladies first menaiki perahu/tepatnya meloncat turun dari dermaga ke perahu/tepatnya lagi meniti tangga temporer dari dermaga ke perahu). Perahu kami berukuran kurang lebih lebar sekitar 2 meter dan panjang sekitar 5 meter. Di bagian tengah ada meja kecil yang diatasnya diletakkan barisan gelas diatas nampan, termos air panas, plus pisang besar besar berwarna hijau. Awalnya pisang ini saya bilang pisang mentah dan baru percaya setelah di kupas ternyata matang sempurna. Ini yang disebut “dont judge the banana by its cover!!”. perahu ini menggunakan mesin diesel dengan baling baling tunggal. Suara mesinnya menandakan kalo bahan bakarnya pasti bukan bensin (sedikit sok tau). Di belakang perahu adalah ruang kemudi kapten perahu (gelar yang terlalu lebay untuk perahu kayu) dan satu awaknya yang berperan sebagai asisten, namanya andre. Andre ternyata menaruh hati pada salah satu dari power ranger wanita kita..(ayo tebak siapa??.)

 Kapal meluncur dengan bunyi degedeggedeggggg......degedeg...., kapal ini hanya berketinggian kurang lebih setengah meter diatas permukaan laut (tidak sampe malah). Jadi jika gelombangnya besar otomatis kita akan kemasukan air dan syalalalaa.....celup..tenggelam  atau lebih beruntung jika kapalnya pecah.  kenyataannya tidak semengerikan itu walaupun laut kepulaun komodo menurut refrensi internet termasuk laut berarus kuat dan laut dalam tetapi hari ini tidak sperti itu.  Kapal melaju sangat lancar walaupun bergoyang goyang. Pada kapal yang kecil posisi penumpang sangat memepengarungi kestabilan kapal. Jadi jangan sekali sekali semua numplek pada satu sisi kapal.
salah satu pulau dlam perjalanan ke TN Komodo

Tidak sampai setengah jam lepas dari labuan bajo menuju lautan taman nasional komodo pemandangan yang disajikan didepan mata tidak bisa disangkal keindahannya. Bener benar WOW. Jejaran pulau pulau di kanan kiri berjer jejer dengan pasir yang amat putih bersih dan bukit bukit batu menghijau. Lautnya pun gradasi dari warna hijau, hijau toska, dan biru. Perfectly perfect!.

Lantas apa yang terjadi pada anak anak lainnya. Begini sedikit yang bisa saya rekam.

Mas  (corry/ari) :
dengan gaya cuek ala beachboy di film “cowboy in paradise” cukup menggambarkan penampilannya yang hanya menggunakan celanan kolor, dengan rambut panjang uwel uwelan. Yang kurang hanya perutnya yang gak sixpack. Mas yang ini sibuk berjemur diatap perahu ala foto model kolam renang majalah dewasa.


salah satu tampakan pulau dari atas perahu
Rizka :
Si emak masih sibuk memikirkan dan mengkalkulasi budget yang meleset dari perkiraan karena memikirkan kemungkinan kita harus ke bali naik pesawat dan harga sewa perahu yang tidak semurah seperti refrensi yang didapatkan sebelum berangkat. Selain itu dia juga sibuk beraksi dengan kameranya yang kastanya paling tinggi diantara kamera anak anak lainnya. Tapi ruginya ya, selalu jadi tukang foto dan jarang difoto. (buktinya :dalam kameranya lebih banyak fotoku dari pada fotonya dia.

Arni :
Saya Cuma bisa ngomong,,”suara mu itu lo, Ni..rendahin dikit nadanya!! Sambil sibuk foto foto diri sendiri dengan gaya berkaca mata dan bertopi ala turis jepang. Dia juga sibuk minta foto diatap perahu dan foto sama kapten kapal.

Vini dan Vina (sinta n Jojo)
Dua anak yang paling anteng dan asik sendiri. Setelah saya dan mas dedi sibuk foto di anjungan perahu bagian depan dengan gaya titanic. Mereka ikutan foto-foto juga,, tapi mereka berdua adalah yang paling gak banyak tingkah.(kecuali Vini)

Basari dan Manu :
Awalnya mereka juga amaze dengan pemandangan dan laut komodo, tapi ditengah perjalanan, Wake up everyone!..how can you sleep at time like this???please dong,, kayak gak ada waktu lain buat tidur aja. Setelah asik make sunblock foto foto mereka tidur dengan mesranya. (fyi : basari masih bengkak giginya)

Lerry :
Ucapan lerry yang bilang “wah gak nyesel aku ikut kesini” menurut saya sanagt spesial karena yang ngucapin lerry yang sepanjang perjalanan 66 jam dari jogja terlihat paling ttersiksa dengan persaan ingin mabuknya. Dia aja ngomong begitu..

Mas deddy :
Tiada lain dan tidak bukan, beliau sibuk memotret ke kanan dan kekiri, setiap pulau, setiap sudut.plus foto diri sendiri oleh diri sendiri.

Perjalanan kapal ini rasany tidak menemukan ujung, karena setiap lewat sebuah pulau maka akan ada pulau baru baru lagi didepan dan akan ada lagi pulau baru berikutnya. Dan pertanyaannya adalah “ yang mana yang sebenarnya pulau Rinca, pulau yang akan kita tuju??”

Tapi diliat liat di sebelah kiri kita dari tadi adalah pulau besar berlekuk lekuk yang sampai sekarang selalu terlihat sebagai ujung namun saat sudah dekat ternyata lekukan pulau lagi dan begitu seterusnya.

Basari : “yang mana mas pulaunya??” (ekspresi baru bangun tidur)
Wayan : yang mana ya?? Solanya gak keliatan ada dermaga
Basari : “tapi kayaknya yang didepan kita, soalnya kapal kita meluncur lurus kesana..kalo bukan itu berarti kita bakal nabrak pulau ini”
Wayan “ bener juga si...

Dan ternyata saya emang bener, hebatnya setelah didekati ternyata kita menuju teluk sempit yang diapit dua tanjung dengan dikelilingi mangrove tebal, disinilah nyempil dermaga kapal bernama Loh buaya. Ajaib tempatnya. Teluk loh buaya ini lumayan panjang mendelep kedalam, ntah siapa yang mengomando semua  anak tiba tiba diam sunyi tidak ada yang berani mengeluarkan kata kata. Setiap ada yang mau memulai pembicaraan selalu di sett..setttt (jari telunjuk di depan bibir). Katanya si jangan ribut ntar komodonya tau kita datang (emang kenapa kalo komodonya tau kita dateng??), yang saya liat paling parno adalah mas corry.
loh buaya welcome gate

Pertama yang kami lakukan adalah tentunya berfoto di selamat datang di TN pulau komodo di gerbang dermaga Loh buaya. 




perjalanan menuju loket penjaga "be aware, komodos are everywhere"


komodo bersembunyi di balik semak kayu
Memasuki pulau rinca mulai terasa hawa panas padang sabana pantai. Luas tidak ada pohon kayu tinggi yang ada cuma rumput dan bekas rawa laut. Yang langsung bisa dirasakan semua orang adalah panasnya matahari saat itu...wuhu banget. Mungkin sunblock SPF 100++ aja belum tentu mempan. Menyusuri 1 kilometer ke arah dalam pulau maka kita akan menemui plank welcome to Komodo national Park, World heritage site yang pastinya kita foto dulu disana. Rugi sekali kalo udah pernah kesini tapi gak ada bukti ke orang lain. Stttt..mas andre si asisten kapal yang ikut masuk ke dalam sepertinya sudah lumayan ahli masalah melihat komodo. Tiba tiba saja dia menyuruh kita diam karena dibalik pohon ada komodo. Kita masih sibuk mengakomodasi mata karena gak tahu yang mana komodonya. Memang komodo ahli berkamuflase dengan batang kayu. Dia bisa tidak bergerak kayak batang kayu selama berjam jam (mungkin karena kulitnya tebel jadi gak ada perasaan kulit gatel jadi gak perlu garuk garuk)

Didekat sini ada semacam bangunan panggung tempat para penjaga taman nasional berkantor/melayani pengunjung. Sebenarnya biaya masuk kesini termasuk ranger (sebutan untuk pemandu) plus sumbangan konservasi adalah murah kurang dari 100RB (bandingkan dengan masuk dufan yang bisa lebih dari 100RB blum antrinya yang alamakkk...malah wahana antri lebih rame daripada wahana aslinya). Apa yang spesial dari proses pembelian tiket adalah kita mengisi semacam buku tamu di buku folio bergaris sederhana. Rasanya sangat bangga menuliskan nama dan nationality pada kolom visitor. Sejarah telah mencatat kami bahwa kami telah mengunjungi taman nasional yang terkenal sampai ke semua benua. Mari kita cermati sejenak di daftar satu halaman dan saya balik halaman halaman sebelumnya hampir semua pengunjung yang menuliskan namanya adalah foreign citizen..kemana orang indonesianya ya??...ya kamilah itu!!

Trekking kami kali ini akan ditemani dua ranger pak Arif dan pak lupa saya. Melintas di pondokan minum kami menjumpai teman teman bule yang kami temui saat di kapal ferry sape-bajo. Mereka baru saja menyelesaikan trekking mereka. Mereka menggunakan sepatu trekking lengkap sedangkan hampir semua dari kami menggunkan sandal dan itu pun 2 dari kami menggunakan sandal jepit (mau ke pantai kali ya). Sebut saja oknum yang menggunakan sandal jepit itu Vini dan Vina (lagi lagi memang nama asli).

Sebelum memulai short trek yang jaraknya 5kiloan lebih, kami berdoa terlebih dahulu dan diberi briefing untuk keselamatan kami. Kami tidak mau sok-sokan karena pengetahuan kami tentang komodo sangat minim. Lagian tidak ada yang bisa menjamin kalo nantinya tidak akan ada komodo yang nafsu mengejar kami. Santai tapi waspada itulah yang kami lakukan. Belum apa apa..di sisi kanan agak jauh dibawah pohon ada makluk segede gadjah afrika bertanduk besar nonggol tidak bergerak..dan ternyata itu kerbau liar asli pulau ini. Wah menakutkan sekali kalau diseruduk bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Bagai nyamuk kena tepok tangan, tidak berbentuk lagi. Dan yang lebih tidak bia dibayangkan bahwa kerbau gadjah itu adalah salah satu mangsa dari komodo,, bagaimana bisa ya??

Ranger mengambik tongkat yang ujungnya berbentuk huruf  cagak Y (gamma) yang dapat digunakan untuk menahan leher komodo dan mendorong komodo sehingga komodo berbalik arah dan menjauh, setidaknya begitulah penjelsan para ranger saat kami tanya kenapa bentuk tongkatnya harus seperti itu, disamping ada alasan magic-magican (meski belum ada penelitian ilmiah tentang kenapa bentuknya harus begitu, ya kami harus percaya pada orang yang jauh lebih berpengalaman..dan apalagi mas arif ini adalah penduduk asli pulau rinca yang nenek moyangnya akrab tiap hari bercanda dengan sikomo)

komodo sedang bersantai
Tanpa di komando 10 personel pasukan kami terbagi menjadi dua grup. Di belakang ada satu ranger, saya, manu, basari, dan personel tidak tetap (kadang ikut di depan kadang dibelakang). Baru jalan beberapa ratus meter kedalam hutan, ada 2 rumah panggung lagi disana tempat penduduk tinggal. Dan menurut para ranger kami memang beruntung. Di halaman rumah itu ada hampir 10an komodo sedang sun-bathing sambil bersantai menunggu waktu sholat dzuhur (ngaco). Ada yang diam membatu, ada yang menumpuki komodo lainnya, ada juga yang planga-plongo sambil melet melet. Ada yang besar dan ada yang lebih besar. Tidak ada ciri khusus yang dapat mencirikan jenis kelamin. Namun biasanya ukuran jantan jauh lebih besar dari betina (wah kalo kawin agak menyiksa dong..apalagi ternyata komodo hanya kawin setahun sekali namun selama 24 jam).

Melihat pemandanagan langka, komodo sudah di depan mata..tidak satu atau dua lagi..tapi berpuluh puluh apalagi yang kami inginkan selain berfoto dan memfoto dari berbagai sudut yang dipandang aman. Sepertinya lama sekali kami disini mengamati apa saja yang dikerjakan oleh si komodo,  karena memang si dialah yang kami bela belain cari sampai harus menghabiskan 66 jam di jalan dan sekarang sudah ada di depan mata. Dari sini kami tahu bahwa komodo adalah binatang yang pendiam dalam artian bener bener bisa diam tidak bergerak dalam waktu yang sangat lama, suka berjemur (untuk menyesuaikan suhu tubuh, maklum hewan berdarah dingin), tahukan maksudnya hewan berdarah dingin??...begini maksudnya..berdarah dingin artinya ia tidak bisa mempertahakankan suhu tubuhnya jadi kalau udara  panas dia ikut panas, dan kalo udara dingin dia juga jadi dingin (kalau manusia panas atau dingin digurun atau di kutub suhu tubuhnya tetap pada level 37 derajat celcius). Makanya si komodo berjemur supaya suhu tubuhnya ikutan naik dan berlumpur lumpur ria jika sudah terlalu panas.

Meski komodo ini diam tapi kalo sudah mencium (penciumannya bisa sampai 9 kilo) namanya darah atau bangkai maka dia akan berubah jadi sangat agresif..so wanita yang lagi mens atau yang punya luka besar terbuka jangan coba coba mendekat..karena sama aja membantu perbaikan gizi para komodo. Selain itu menurut pak ranger lagi (dan saya sudah recheck di situs situs web terpercaya) kalo air liurnya si komo mengandung 60 jenis bakteri pathogen dan ratusan bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi serius dan mematikan..ya artinya kita bisa mati diterkam komodo tercabik cabik gigi dan rahang komodo dan jika beruntung bisa melepaskan diri maka siap siap bahaya infeksi sistemik yang mematikan..(mit amit).

Pak ranger selalu memberikan informasi berguna sambil kita terus melanjutkan trekking masuk dalam hutan, basari adalah orang yang terlihat paling serius bertanya sampai kemasalah masalah sanagt sepele.., tibalahh kita pada sebuah lubang lubang di tanah yang ternyata tempat komodo bertelur dan juga ada tempat burung burung bertelur di tanah dan si komodo ini akan mencuri telur telur mereka (bener2 predator multi talenta). Selain ahli mencuri telur, komodo juga bisa berlari kenceng (untuk ukuran badannya yang berat ini sangat mengagumkan) plus bisa berenang.

menuju sabana
Keluar dari hutan yang ada pohonnya kami mulai masuk ke padang savana yang isinya rumput pendek, batu karang gersang plus pohon pohon lontar, dan ini bener bener luas, kalau pas musim kemarau ini akan persis seperti di afrika. Padang sabana ini tidak di padang datar tapi di atas bukit maha luas dan maha panas. Semua teori yang saya siapkan untuk antisipasi komodo telah gagal setelah melihat kenyataan alam dan komodonya secara langsung. Perlu diketahui sebelum berangkat trip ke komodo saya sudah menyiapkan teori saya jika seandainya sesialnya saya dikejar komodo, dan beginilah ironinya :

padang sabana luas yg menghijau di musim hujan
Jika di kejar komodo maka saya akan lari sekencang-kencangnya dan memanjat pohon karena komodo  dewasa kalo lari pasti keberatan perut dan tidak bisa memanjat pohon.  Faktanya : komodo larinya cukup kenceng (50Km/jam), trus disni tidak ada pohon yang bisa dipanjat yang ada hanya lontar saudaranya pohon kelapa yang tinggi2 berbatang lurus, terus seandainya pun saya bisa manjat maka komodo akan betah diam menunggu dibawah tidak bergerak gerak berjam-jam bahkan berhari hari, dan tentunya saya sudah tidak kuat bertahan diatas pohon selama itu. Dasar komodo!

di sabana menghadap ke laut
Apalagi yang menarik dari bukit savana ini, tentu saja panoramanya. Panoramanya terkesan liar dan penuh kebebasan, Dari sini juga terlihat laut biru yang mengelilingi pulau, benar bener perfect kecuali panasnya yang tidak santai sama sekali. Ini menjadi tempat transit kedua yang paling favorit setelah kumpulan komodo sebelumnya. Semua berpose pose disini dengan gaya petualang komodo alay (termasuk saya) plus pose foto terfavorit ababil yaitu gaya loncat bareng bareng. Perjalan pulang ke titik awal dilalui dengan menyusur bekas bekas sungai kecil yang menurut para ranger lagi biasa menjadi tempat kerbau atau komodo minum, tapi pas kami lewati tidak ada tuh..mungkin karena ini midday semua lagi pada ngadem di balik balik semak yang akan sangat mungkin kita temui kalo kita mengambil long trek. Tapi mana kuat, air minun bekal saja sudah benar2 habis bis tak tersisa..sebelum sampai di tempat rumah komodo kita melewati hutan dengan pohon kayu lagi. Di dahan kayu ini ditumbuhi anggrek putih, yang menjadi perhatian saya adzlah ada satu dari kami ya sebut saja mas  C*rry mengambil anggrek itu dan menyembunyikannya untuk dibawa pulang. Mungkin itu adalah naluri seorang kolektor kelas teri, tapi ya namanya cagar alam harusnya kan tidak boleh memindahkan sesuatu dari habitat aslinya. Anggrek itu menurut saya tidak terlalu cantik, cuma putih biasa tapi karena asalnya dari komodo maka akan menjadikan ia sebagai anggrek yang branded...eits mas ..kamu ketahuan!
Balik dari hutan kami sampai lagi di tempat komodo berkumpul dan masih sama seperti tadi mereka belum berpindah, masih anteng ditempat tapi memang sepertinya jumlahnya nambah. Ada yang lebih ajaib dari komodo ini, itu adalah ibu yang tinggal di rumah panggung di atas komodo, kenapa bisa santai sekali tanpa takut. Mungkin komodo dibawah rumahnya sudah kayak hewan piaraan semacam ayam tau kambing kali ya??. Tapi kan bisa aja suatu saat si komodo merangkak ke tangga dan menerjang si ibu. (lupa nanya kalau si ibu sedang datang bulan, what does she do ya??)..
Beranjak dari tempat ini kami ke tempat rumah panggung penjual minum dan sovenir. Alamak sovenirnya harganya selangit. Kaos bergambar komodo dengan kain kualitas saringan santan atau saringan tahu saja bisa mencapai harga 100RB (diimpor dari tanah jawa kali semuanya sampai bisa semahal itu). Patung patungan komodo segede jempol tangan saya saja harganya hampir 70Rb (mungkin di malioboro harganya Cuma 10RB). Saya jadi tidak beli apa apa.
Hari sudah menunjukkan setengah sore dan kami beranjak kembali ke dermaga, menapaki jalan kedatangan kami tadi untuk kembali ke atas perahu di loh buaya dengan perasaan amat puas. Rencana selanjutnya dari tur selama sehari ini adalah menuju pulau pasir putih untuk memantai dan bersnorkling ria. Perahu berbalik arah menuju arah pulau flores/labuan bajo, air sudah terlihat lebih pasang dari tadi pagi, langit pun mendung. Belum terlalu jauh meninggalkan pulau rinca hujan gerimis tebal pun turun kemudian berganti matahari, dan gerimis lagi, ya tepatnya bukan gerimis tapi hujan yang lumayan segede gede jagung karena memaksa kami untuk menutup semua terpal perahu karena angin yang menyebabkan deck perahu bayah kuyup. Sempat khawatir dengan keadaan ombak dan yang lebih saya khawatirkan adalah keadaan alam ini akan menyebabkan agenda snorkling kami menjadi batal. Untung saja alam masih berpihak pada kami, setiba-tiba hujan datang, setiba-tiba itu juga matahari kembali bersinar terik. Memang ajaib cuacanya.


 Kapten kapal memberhentikan kami di sebuah pulau kecil berpasir sangat putih untuk terjun bersnorkling. Semua semangat bersnorkling terutama para cowok. Ceweknya memilih untuk hanya menikmati pantai sambil berfoto (agak aneh memang mereka). Semua cowoknya tidak sabar langsung nyebur. Saya sendiri memilih di pingir pinggir karena saya belum ahli bersnorkling dan dipinggir juga sudah lumayan bening dan bagus walaupun ikannya tidak terlalu berwarna warni. Namun yang seru adalah melihat segerombolan ikan membentuk formasi berenang ke arah kita terus saat didekati mereka membelok bersama sama (sama seperti yang ada di discovery channel). 



sebelum beraksi
Asik asik berenang snorkling tiba tiba gerimis lagi. Gerimis sangat menggangu pemandanagan karena air jadi terlihat tidak jernih lagi. Selain kami ada juga segerombolan bule kaukasia yang juga snorkling disini. Kembali ke aturan, waktu lah yang membatasai kami. saya masih amat sangat belum puas..apalagi si manu dan mas dedi yang terlihat masih sangat bersemanagt sampai lupa balik ke kapal dan harus di jemput sama kru kapal untuk segera naik ke perahu. Apalagi mas dedi yang amat sangat ketinggalan sampai-sampai perahunya sempat jalan meninggalkan mas dedi dan menjemput lagi dari tengah laut karena takut karam kalau ke pinggir. Memang mengenaskan nasib mas dedi.. sudah ditinngal, harus berenang ke tengah untuk kembali keperahu, trus kakinya kram lagi..huhu...
salah satu sudut pulau

Kira kira apa yang kami rasakan setelah semua agenda hari ini berakhir?? Ya tentu saja lelah, kulit terbakar, tapi yang paling penting perjalanan laut menuju lab.bajo kami isi dengan hati riang gembira sambil menepok nepok air laut dan mencari sisa sisa makanan untuk mengisi perut di perahu.
Basic need : Food and Drink
untuk urusan satu ini tidak ada yang bisa menahan atau menunda (kecuali emang puasa), bahkan beberapa orang bisa tiba tiba menjadi buta (hati) akibat kelaparan yang kronis. Di labuan bajo sangat amat gampang menemukan namanya makanan. Labuan bajo sendiri yang sekarang menjadi ibu kota dari kabupaten manggarai barat hanya terdiri dari satu jalan utama yang memanjang sepanjang pantai dengan panjang jalan tidak lebih dari 4 (atas bawah) kilometer. (jalan utamanya tidak sampai 2KM). Sungguh sungguh sempit. Disepanjang jalan inilah semua urusan ekonomi berlangsung. Mulai dari penginapan, toko kelontong, toko baju, salon, travel agen, diving agent, warung, restoran, bar, dokter, bank, sampai dagang pulsa. Berikut adalah fakta fakta menarik yang bisa saya rangkum sepanjang jalan lab.bajo : jalan ini kondisinya buruk sempit dan banyak lubang, semua dokter praktek disini (2 dr 3org) adalah org bali, 90 persen warung makan adalah warung makan padang, hampir 100% RM padang menyediakan penginapan, hampir 100% pemilik toko seperti swalayan kecil adalah keturunan china (bukan rasis) dan hampir 100% pelayan tokonya adalah penduduk lokal, bos restoran adalah orang luar sedangkan pelayannya adalah orang lokal, makanan padangnya tidak menggunakan santan kental namun hanya santan cair secair air mineral karena kelapa harus didatangkan dari pulau bali atau sumbawa, angkot hanya muter muter di sepanjang jalan itu saja dengan sopir yang bergaya metal beranting dengan stelan lagu rock metal ajep-ajep dan interior angkot begitu aduhai penuh aksesoris terutama boneka.
Makanan yang bisa dipilh untuk para pelancong adalah warung makan biasa, warung makan padang, atau restoran. Untuk makanan sehari hari, harga makanan di sini memang relatif lebih mahal daripada di jawa karena hampir semua bahan makanan didatangkan dari luar pulau. Bahkan untuk telur ayam negeri saja menurut bapak penjual nasi didatangkan dari jawa dan bali melalui ferry. Untuk nasi dengan lauk hanya telur adalah 9000, dengan ayam sepotong kecil mencapai 15.000. yang lebih murah adalah denagn sepotong ikan tongkol bisa dengan 10000 (karena ikannya kan emang ditangkep di sini). Untuk minuman harga es teh adalah seputaran 2000- 2500.
Khusus malam ini kami memilih makan di restoran menengah yang letaknya diatas rumah panggung dengan harga standar 20Rb kebawah supaya kami mendapat tempat layak untuk melakukan rapat. Menu masakan adalah standar ayam, ikan, nasi goreng, dan yang malam itu menjadi primadona adlah sambal buatan restoran ini. Sungguh sungguh nikmat (mas  minta tambah), arni pun masih dengan minuman favoritnya SOGEM (soda gemblung). Setelah menikmati makan dan bersenda gurau, malam itu juga diisi dengan rapat mengenai kelanjutan perjalanan kami.

Day 5, 25 januari 2011

Dini hari kami dikejutkan dengan suara gemuruh ombak dan suara angin kencang disertai hujan yang lumayan deras, namun itu hanya angan kami karena kami masih dalam suasana semi tertidur tapi tetap awas. Pagi pagi buta saya sudah bangun dan langsung menolehkan pandangan dari lantai dua losmen ke arah pantai dan sekitar. Memang benar ombak sudah besar dan cepat menghantam pantai, angin juga kencang. Omongan bapak nasi goreng pada malam pertama kami sampai di bajo yang bilang mungkin besok atau dua hari lagi ombak akan kembali tinggi itu terbukti. Dan benar saja kapal ferrynya berhenti beroperasi.


Gua Batu (mana) cermin(nya?)


salah satu sisi luar gua batu cermin
pagi ini jadwal kami lumayan bebas. Mas corry dan Vina jalan berdua entah kemana selain dari bandara 
untuk memastikan tiket pesawat yang akan menyelamatkan kami untuk keluar dari pulau yang saat ini penyebrangannya tidak beroperasi karena gelombang tinggi. Basari beristirahat di losmen karena kondisi kesehatannya yang belum terlalu baik, gusinya pun masih bengkak dan sakit (tapi dasarnya emang ni anak suka tidur disaat tidak tepat). 
Pagi pagi sekali kami berjalan ke dermaga untuk menikmati dermaga dengan kapal kapal pinisi dan kapal kapal besar nelayan. Saya dan rahmanu menyusul karena para cewek dan mas dedi sudah duluan ke dermaga. Saat saya menyusul ke dermaga ternyata mereka sudah tidak ada dan sedang dalam perjalan ke ATM. Alhasil saya dan manu menunggu mereka pulang dari ATM. Saya dan manu menunggu di bawah pohon asem di jalan masuk pelabuhan. Lama sekali kami cuma bengang bengong dibawah pohon asem tersebut sampai akhirnya mereka datang.
Kali ini kami berkeliling pemda kabupaten manggarai barat tanpa mas corry, vina, dan basari. Tujuan kami adalah gua batu cermin. Angkot yang kami tumpangi langsung kami carter untu mengantarkan ke gua tersebut. Karena aslinya tidak ada angkutan yang lewat sana. Namun kami hanya menambahkan sekitar 1000 perorang karena jaraknya memang dekat.


salah satu sisi dalam gua batu cermin
Gua batu cerminn adalah gua kasrt/kapur  biasa pada umumnya dan memang tidak ada yang terlalu luar biasa disini. Bahkan tidak lebih bagus dari gua cerme di jogja. Dan kenapa namanya gua batu cermin?? Setelah kami susah payah masuk gua yang bau dan pengap itu sampailah kami pada sebuah lorong gede dan si pemandu menunjukkan sebuah lubang segiempat yang dimana cahaya matahari bisa menembus hingga kedalam gua melewati celah segi empat itu sambil berkata nah itulah kenapa disebut gua batu cermin karena celah segi empa itu seperti cermin yang bersinar. (huuuuuu...ga mutu). Sebelum masuk gua, pemandu juga menjelaskan bahwa di dalam dapat ditemui serangga dinding yang langka didunia..waw tidak sabar menunggu bagaimana bentuknya. Saat di dalam gua pemandu menyenteri seekor serangga mirip kalajengking-kecoa di dinding gua dan bilang bahwa itulah serangganya. Waw aku terkejut!! Sungguh tidak ada istimewanya dan sepertinya saya pernah liat itu di kamar mandi (ya itu pendapat orang awam seperti saya), mungkin kalo ahli biologi atau ahli serangga akan tahu dimana letak keunikan dan kelangkaan dari serangga tersebut. Keluar dari gua semua asik berfoto di dinding gua yang berbentuk seperti alien, sedangkan saya asik sendiri berteriak teriak memainkan suara agar terjadi suara sahutan/gema. Ya itu salah satu agenda favorit saya yang saya anggap paling mengasikkan kalo berhadapan dengan gua atau tebing tinggi. Mengolah kata kata agar gemanya bertabrakan dengan suara asli sehingga bisa menimbulkan efek efek tidak terduga.

 Angkot carteran sudah kami telpon dan sms tetapi belum juga datang karena masih melayani pelanggan lain. Kami habiskan waktu menunggu kami di saung tempat loket penjualan karcis bersama sejumlah bapak napak yang sedang minum kopi sambil ngobrol. Apa yang mereka obrolkan: mulai dari pedrosa yang sombong dan tidak mau diajak foto saat seminggu lalu datang ke labuan bajo. Kedatangan pak budiono yang menggunakan helikopter langsung ke pulau komodo tanpa singgah di labuan bajo, itupun hanya beberapa jam sehingga beliau tidak sempat menggunjungi penduduk dan kehidupan penduduk yang realitanya sangat kesulitan. Seorang bapak asli flores yang bahasa indonesianya kurang bagus berbicara sperti ini : ini negara republik flores, indonesia tidak pernah mengunjungi kami, jalan di kampung saya sudah dari dulu sampai sekarang cuma jalan tanah bertebing..initinya belaiu ingin mengungkapkan kekecewaannya pada pemerintah indonesia.


Benar benar jalan jalan (Kaki) mengelilingi Labuan bajo


labuan bajo dilihat dari bukit
Lelah dari padang cermin dan setelah menikmati makan siang kami sempat istirahat sejenak di losmen. Lelah perjalanan kemarin bersafari komodo dan snorkling sepertinya belum benar benar lenyap.
Kali ini kami akan menghabiskan sore dengan agenda mengangkot dan berjalan jalan di bukit labuan bajo. Semuanya ikut kecuali Vini, Vina, dan mas . Kami awali perjalanan kami sekali lagi dengan angkot jedag jedug yang sopirnya mas mas gaul labuan bajo. Angkot disini ada warna biru, ijo, maroon, ada juga yang putih tetapi anehnya mereka tidak punya trayek jadi jalur perjalanan mereka sama saja yaitu menyusuri jalan pantai labuan bajo naik ke bukit trus turun lagi ke pantai dan pastinya orang yang naik itu itu aja.
Kami turun tepat di depan hotel waringin yang merupakan salah satu hotel elit disini.  Di depannya terpampang baliho besar bergambar promosi wisata pulau komodo dengan gambar komodo super besar. Kami asik berfoto foto disini sambil menunggu jalan sepi agar kami bisa memotret dari tengah jalan.1 selanjutnya kami menyusuri jalan bukit yang arah dan panjangnya sejajar dengan jalan pantai Cuma ini terletak pada ketinggian. Dari jalan di sepanjang jalannya dipenuhi pohon asem terlihat dermaga labuan bajo yang dipenuhi deretan kapal kapal layar dan nelayan yang sangat sangat indah apalagi latarnya tidak hanya laut namun, kumpulan pulau pulau kecil yang tidak ada habisnya plus matahari yang temaram tertutup awan mau tenggelam. Jalan pelan pelan tidak terasa kami sudah turun bukit dana sampai di pasar ikan labuan bako lagi tempat losmen kami berada.

Malam terakhir di labuan bajo-candle light dinner
Yes, this will be our last night in here! Karena besok pagi pesawat akan menerbangkan kami ke pulau dewata bali.
Labuan bajo adalah bukan tempat yang pas bagi orang yang ingin berwisata kuliner karena disini tidak akan ditemui masakan asli labuan bajo. Malam ini kami akhirnya makan di rumah makan cahaya jakarta yang penjualnya adalah orang pulau jawa. Apa yang kami makan, lagi lagi ada yang nasi goreng, ada yang kwe tiaw, ada yang seafood, ayam, dan ikan. Dan arni sekali lagi menutup dahaganya dengan soda gemblung berwarna pink. Di tempat ini pula saya mengungkapkan bahwa saya sudah mempersiapkan pemesanan losmen yang akan nantinya kita tempati di bali. Pokoknya yang bali jadi urusan saya dulu. Apa yang spesial pada malam itu.. ya, tiba tiba mati lampu. Jadilah kita gelap gelapan ber candle light dinner namun tanpa candle karena si empunya rumah makan segera menghidupkan gensetnya. Rumah rumah lain tetap gelap gelapan.  Selesai dari isini kami ke tempat souvenir untuk memebeli kenangan yang bisa kami bawa dari pulau ini. Siang harinya si Vini bilang kalo dia berhasil mendapatkan semacam tas komodo dengan harga 10rb dan saya ingin menguji keahliannya dalam berkedap kedip dengan bapak bapak penjual. Perlu diketahui Vini ahli dalam merayu, mengedap ngedip, dan bahkan colek mencolek untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Sungguh orang yang akan sangat berguna jika ajiannya ini digunakan pada tempat dan saat yang tepat. Tapi apa buktinya si bapak penjual tetep kekeh tidak mau menurunkan harga, mungkin karena tahu kita datang berombongan jadi pasti ada yang beli tanpa harus menurunkan harga. Akhirnya setelah kita tahu sovenirnya beliau datangkan dari jogja saya tidak jadi memebeli apa apa, saya mencari hanya emblem komodo yang nantinya akan saya tempel pada barang barang saya di jogja saja.
Saat berjalan pulang ke losmen dalam keadaan semi gelap gelapan, di tengah jalan banyak mas mas yang sedang kumpul di depan sebuah rumah makan padang dengan logat sangat  minang sekali menggodai geng cewek rombongan kita. Memang bener bener ya, semua cewek pulau jaa yang datang ke pulau ini akan menjadi kembang desa yang diincar semua buaya darat.


Karena ini malam terakhir, saya tidak langsung beranjak tidur. Saya, lerry, Arni, dan mas dedi berangkat mengalay ke dermaga untuk menghabiskan malam di dermaga bersama angin laut,  terpaan cahaya cahaya kuning lampu-lampu dermaga. Selain itu kami juga diikuti oleh basari dan manu namun mereka berdua akhirnya pulang lagi karena si basari kebelat kencing dan di dermaga tidak ada kamar mandi. disni pula saya diajari menggunakan mode "firework" untuk mendapatkan hasil gambar yang cahayanya bisa menari nari oleh Arni. Ndesonya saya memang. Puas hampir 2  jam di dermaga hanya sekedar duduk duduk, berfoto memperhatikan aktivitas kapal, mengamati orang memancing kami pun pulang ke losmen. Losmen kami saat itu penuh oleh tamu yang menginap karena mereka batal menyebrang kaibat ferry berhenti beroperasi.


bersambung ke session 3...(Bali session)


dan tunggu posting selanjutnya mengenai perjalanan menikmati batu-malang, dan adventure ke pulau sempu!! dan perjalanan ke jakarta yang saya lakukan dengan tidak biasa!
sabar menunggu ya! grazzie!
































Wednesday 9 March 2011

wisata murah itu butuh seni..(enjoying time on bus)

Nyepi tahun ini terasa ada peningkatan dalam ketahanan fisik, buktinya saya masih bisa berlari-lari walaupun sudah 24 jam tanpa makan dan minum. Nyepi diakhiri dengan sembahyang di pura yang berada di seputaran banguntapan, bantul. Memang namanya di perantauan plus daerah minoritas selalu saja ada kerinduan, kerinduan pada suasana hari raya yang dulu pernah dirasakan bersama keluarga besar. Hal ini menjadi tidak masalah karena teman selalu bisa jadi keluarga yang melebihi hangatnya keluarga. Setelah sembahyang, kami langsung menuju warung makan yang telah mendapatkan sertifikasi 100% HARAM dari MUI dan FPI (bukan nama sebenarnya). Makan dan ber-joke plus ngobrol sana sini apalagi ngobrolin orang adalah yang paling pas dan make happines come to the max.

 Satu jam makan bersama rasanya belum cukup puas. Rencana pun berlanjut. Ide untuk menghabiskan waktu after nyepi yang biasa dirayakan bersama keluarga di kampung pun bermunculan. Akhirnya ide yang diterima forum saat itu adalah jalan jalan ke kebon binatang. Saya tahu yang pertama dipikiran anda adalah : “norak banget”. Anak kuliahan hang out ke KEBUN BINATANG!. Kayak gak ada bioskop atau mall aja. But, I DONT CARE!!, itu kan anda!!. Bagi kami terutama saya yang memegang filosofi : it is not about the destination, but the journey,, ngerti gak maksud daro quote ini??  Kalo anda gak ngerti berarti saya tidak lebih norak dari anda..haaa (bercanda, ,,,pembaca adalah orang paling pintar di dunia).

Terkumpulah  4 orang (mimi, ndari, njung, saya) di salah satu kost teman yang memang selalu jadi meeting point kami.  Disini terjadi lagi perubahan rencana, kami tidak jadi ke kebun binatang karena alasan akan menghabiskan banyak waktu (artinya saya tidak jadi mendapatkan sertifikat kunjungan saya pertama kali seumur hidup ke kebun binatang hari ini) dan kurang bisa menikmati suasana. Munculah ide cemerlang untuk menikmati waktu hanya dengan berkeliling naik bis transjogja. Naik trans jogja si biasa, tapi ini luar biasa karena kita akan bersantai di atasnya tanpa memikirkan akan mau kemana, turun dmana, kapan sampainya dan kapan datang bisnya.

Sebagai mahasiswa yang tidak mau rugi dan selama ada yang gratis knapa harus bayar, motor kami parkir di dalam gelanggang UGM. Kami semua naik membeli tiket bis dan naik ke shelter. Tanpa menunggu lama dan tanpa tujuan dan keharusan mau naik bis jalur berapa, bis yang pertama datang inilah yang kami naiki. Sialnya ketiga teman saya mendapatkan tempat duduk dan hanya saya yang berdiri..nasib..!! peraturan kami sebelum naik adalah : kita akan asal naik, bis mana yang duluan datang akan kami naiki tanpa tau trayek bis itu akan membawa kami kemana, kemudian kami akan turun dimana kami suka.



trans jogja on malioboro street (flickr)



Tanpa tahu bis trans jalur berapa yang kami naiki ini (FYI : ada jalur 1,2,3 A dan 1,2,3 B), dari yang kami tahu bis ini melewati daerah jalan simanjuntak, Mc donald tugu dan daerah bunderan pingit ke arah malioboro. Sampai di jalan malioboro mulai bingung antara turun atau tidak. Salah satu teman kami mengajak turun saja terus jalan ntah kemana.  Kami turun di shelter pertama jalan malioboro.

Saya : ‘gimana kalo kita masuk ke malioboro mall aja..ya liat liat sapa tahu ntar ada yang menarik dan plus saya baru kesana Cuma sekali doang”

Saya memang tidak terlalu suka jalan jalan di mall..bingung mau ngapain dan sepertinya useless banget. Mungkin kalau sudah sudah sangat tidak ada ide baru masuk ke mall. Tambahan informasi : pada kesempatan kali ini Cuma saya dari 4 orang yang tidak menggunakan pakaian semestinya orang indonesia jalan jalan ke mall atau tempat umum. Saya Cuma berkaos oblong pudar, celana kolor olah raga 10 senti diatas lutut dan sandal plus gendong ransel kecil. Memang gak bisa kemana mana tanpa ransel. Dan yang enak lagi adalah bawa ransel di dada. Sangat sangat fungsional dan praktis.

Masuk di malioboro mall tanpa maksud dan tujuan, jalan dari depan langsung menuju lantai dasar di hero atau carefour/giant (saya lupa), tapi saya gak masuk..males, yang masuk kesana cuma yang cewek. Saya dan tanjung Cuma nunggu di luar. Karena dua gadis itu lama banget kami berdua masuk ke gramedia yang ada di bagian ujung lantai ini.  Tujuan pertama mau liat liat kamera digital tapi berhubung harga harga tidak terjangkau ya sudah pindah ke buku. Tanjung menuju komik dan saya menuju ke bagian travelling dan bahasa. Tanpa sadar ruang dan waktu, mimi dan ndari sudah keliatan nongol bersama tanjung berdiri di rak komik sambil membaca. Itulah seninya gramedia, dari jaman saya dulu SMP kalo ke gramedia Cuma numpang baca komik atau buku lainnya, tidak perlu bawa duit, Cuma perlu bawa betis yang kuat dan umpe-umpetan dari mas mas security biar gak ketauan kalo baca sambil jongkok.  Bulan ini jadwal saya lumayan lowong dan salah satu target isi waktu saya saat ini adalah mempelajari bahasa bahasa asing baru. Dan saya akan memulai dari bahasa prancis, bahasa paling seksi, perlu getaran lidah, perlu kecadelan, dan perlu memonyongkan bibir dalam melafalkannya. Target saya bukan unuk menguasainya karena hampir tidak mungkin sebab exposure untuk menggunakan dan mendengarkannya sangat jarang didapat, minimal mengerti bahsa sehari hari dan percakapan dasar. Tingkat kemampuan dasar yang cukup untuk berkenalan dengan orang lain dan ngobrol ngobrol hal hal sederhana, selebihnya bisa disambung dengan bahasa tarzan. Maka dari tulah saya membeli buku belajar bahasa prancis untuk pemula, masalah pengucapan, hari gini bisa didengar dan dipelajari lewat google languange tool. Urusan di gramedia tidak berhenti di kasir karena ternyata didekat kasir ada sekeranjang buku dan komik loakan yang harganya Cuma 2500, jadilah memborong komik dulu disini. Keluar dari gramedia pun masih mapir di toko baju (lagi lagi saya dan tanjung tidak ikut masuk).

Penawaran saya untuk makan di dalam mall tidak diterima, kami melanjutkan perjalanan (benar2 jalan kaki) ke selatan menyusur selasar emperan toko jalan malioboro. Sampai lewat hotel mutiara ketemulah gerobak lumpia yang sepertinya cukup terkenal disini. Duduk di kursi berderet sambil baca buku dan komik dan menunggu lumpia jadi. kami hanya memesan satu lumpia perorang seharga 3000 (lumpia spesial pake ayam, telor dan sayur). Memang makanannya cuma sekali libas ( ya iya lah orang Cuma satu lumpia ukuran biasa tapi tetep pake piring), yang penting bisa numpang duduk dikursinya sambil baca dan ngobrol, air minum juga kita gak beli karena udah bawa dari kost.

Selesai ritual menyantap satu lumpia kami langsung jalan lagi ke halte selanjutnya. Sekarang yang jadi prioritas aturan naik bis adalah kita akan menaiki bis yang tempat duduknya masih longgar. Maka naiklah kami bis longgar yang pertama datang bis 3A. Semua dapat tempat duduk tapi di dalam bis semua hening mebaca bacaan masing masing. Benar benar serasa turis di kota orang lain, yang kurang saat itu adalah ipod atau music player dengan headset. Saya sempat bertanya mau kemana dan kita dimana, tapi semua masih asik sendiri. Akhirnya semua sepakat hari itu dengan ideologi AWS (asal wayan senang), saya mau ke arah prambanan suapaya kita naik trans jogja dari ujung ke ujung sekalian. Driver trans jogjanya sempat menyanyakan tujuan kita dan ndari dan mimi Cuma cengar cengir tidak memberi jawaban yang jelas dan drivernya pun membalas dengan senga-cengir juga.

Menurut bapak yang kami tanya bahwa untuk ke prambanan kita tidak naik bis yang kami naiki sekarang tetapi naik trayek lain (1A), maka kami pun transit dulu di halte depan JEC. Hujan mulai turun dan target waktu sampai jam 2 sudah lewat.  Saya kembali mikir mikir apakah sempet naik bis yang ke prambanan, bis yang kami tunggu ke arah prambanan datang lumayan lama, hampir 20 menit lebih kami menunggu. Kali ini semua setuju dengan usul saya untuk tetep ke prambanan shelter. Pokokny AWS. Bis jalur 1A datang dan meluncur di tengah hujan yang lumayan deras saat melewati ringroad timur dan mulai mereda di jalan solo. Saat dekat bandara saya mengubah rencana untuk tidak jadi lanjut ke shelter prambanan karena mempertimbangkan waktu yang tidak terkejar dan pekerjaan saya dan teman teman yang sebenarnya masih banyak. Kami pun turun di shelter bandara dan transit disini. Mengurungkan niat ke prambanan.
Shelter bandara ini penuh sesak. Sambil menununggu bis untuk ke arah KOPMA dari pojokan shelter terdengar dialog yang bikin saya geli dari 4 orang cewek umur 20tahunan berbaju pink.

Cewek itu: eh aku tau semua nama nama bandara di setiap kota...Cuma semarang yang aku gak tahu..
Cewek lain : sambil haha hihi..emang apa??
Cewek itu : tapi sekarang aku baru tahu kalo nama bandara di semarang itu ternyata bandara Juanda
(semua dialog dalam suara keras ditengah kerumunan orang)

Gedubrakkkkk...!!!
saya Cuma nyeletuk ke teman saya...bandara di semarang itu Ahmad yani kali mbak (dengan agak keras) dan sepertinya si mbak mbak mendengarnya. soalnya setelah itu mbaknya gak pada ribut lagi. Maaf banget ya mbak, saya gak tahan mendengarnya, geli ee. Transjogja yang dituju kali ini adalah jurusan 3A (lagi) yang tadi sempat kita turun di JEC ganti IA dan sekarang balik ke bis ini lagi. Setengah perjalan dalam bis ini tidak mendapat tempat duduk, namun tetap saja dalam kondisi berdiri semua baca komik. sampai di terminal condong catur akhirnya beberapa dapat tempat duduk. Saya melanjutkan pelajaran BAB I buku prancis pemula yang sanagt susah itu..dan yang lain menghabiskan komiknya sampai memang benar benar habis. Padahal belinya banyak.

Hampir pukul 15 sampailah kita di depan shelter KOPMA.  Dipikir jam 2 kita sudah sampai lagi di tempat yang sama ternyata setelah dijalani dengan trayek yang dipersingkat membutuhkan waktu 1 jam melewati perkiraan.  Wisata pemandangan dari dalam bis kita akhiri dengan sore bersama di tahu gejrot karang gayam yang terkenal serba goceng. Saya makan main course yang goceng plus kerupuk dua dan minta air putih. Selesai makan  dan bayar dikasir.

Saya : saya tahu tempe telor (goceng) ditambah kerupuk 2 dan minumnya air putih, berapa mas?
Mas : 7 ribu
Saya : sambil menghitung, goceng plus kerupuk 500 kali 2 kan 6000...(dengan suara agak keras), jadi air putihnya segelas seribu mas??
Mas :  ya mas..(ekspresi gak enak takut kehilangan pelanggan)

Ya heran saja, di jogja di tempat makan manapun minta air putih gratis. Memang ajaib disini. Tapi memang makanannya saya akui enak dan enak.



Moral of the story :
1.      Yang penting dari wisata adalah perasaan cuek, bebaskan diri anda sebebas-bebasnya.
2.      Mengamati tingkah dan obrolan orang lain ternyata mengasikkan, apalagi ada yang bisa di cela maka akan lebih asik
3.      Wisata keliling trans jogja bermodalkan kolor dan kaos plus buku bacaan plus music headset plus duduk dipojokan adalah yang paling pas.
4.      Kalo di suatu tempat harga makanannya murah, biasanya harga minumannya mahal.