courtesy of kaskus.us-salah satu pantai di pacitan |
Rinduku pada pacitan terakumulasi sejak dulu. Sejak pacitan
mulai menjadi sasaran liputan televisi dan media cetak. Sejak dua tahunan ini media berlomba memberitakan betapa mempesonanya debur-debur ombak dipesisir pacitan, bahwa gulungan ombaknya telah memanggil para wisatawan asing pehobi
surfing ketempat yang lumayan terpencil ini. Rinduku pada pacitan seperti rindu-rindu mahasiswa lainnya yang selalu ingin kabur dari penat akan sibuknya dunia kademik, sebuah rindu yang sempurna di gambarkan oleh taufik ismail akan kerinduannya pada padang padang luas di sumba.
Siang itu saya membuat ide dadakan, inilah saatnya untuk menyambangi pacitan. Tanpa pikir panjang saya mengambil keputusan
untuk pergi besok pagi. biasa saya melalukan riset singkat lewat google tentang what to do, what to see, and how to get there. kemudian Secara random saya menghubungi beberapa orang yang
sekiranya bisa saya ajak mendadak termasuk melalui status facebook dan sms. Pada
akhirnya terkumpullah 5 orang.malam harinya 5 orang konfirm untuk bergabung esok hari.
Jam setengah 7 pagi kami meluncur dari meeting point di seputaran jalan monjali menggunakan travel
Joga-pacitan. Moda transportasi umum satu-satunya yang meluncur langsung tanpa
transit. Moda ini pula ternyata secara hutungan fiansial menjadi lebih irit ketimbang naik bis. Kali ini saya malas direpotkan dengan motor. Naik kendaraan umum, tinggal naik, tidur dan
diturunkan ditempat yang kita mau dengan badan yang masih segar bugar serta
keselamatn yang jauh lebih terjamin. Di dalam travel ini pula saya bisa menyusun semua
rencana dengan bantuan narasumber penumpang asli pacitan yang ada disamping saya. Sudah 3 kali jarum panjang jam saya melewati angka 12,mobil kami pun mulai masuk ke wilayah pacitan, wilayah bukit tandus panas senasib dengan gunung kidul, melewati belokan-belokan
maut hingga membuat seorang teman saya mendekapkan plastik ke mulut untuk menampung isi perutnya yang meloncat keluar.
siang hari di teleng ria |
di pantai teleng ria kami ditunkan oleh travel, di pantai yang terletak di pinggiran kota inilah kami akan stay. tanpa membuang sedikitpun waktu, kaki kami langkahkan langsung ke bibir pantai untuk mamanggang diri dibawah teriknya mentari tanpa awan sama sekali
ditambah silaunya pantulan cahaya dari gulungan ombak pantai. hebatnya teman jalan kami yang paling senior langsung buka baju,berenang dan berjemur di jam 12 begini. sungguh keterlaluan niatnya. Saya sendiri
bertekuk lutut di gubuk kecil pinggir pantai yang lumayan melindungi diri dari
panas yang membuat kepala pening.
ini dia sotonya |
Happy bay bungalow di panatai teleng ria kami
pilih sebagai basecamp, disini juga kami rental 3 motor. Perjalanan menjelajah
pacitan dimulai dari sini. Di pertigaan keluar dari pantai ada sebuah warung makan dengan
menu andalan soto, disinilah sebuah penemuan baru terjadi. Saya menemukan soto
terlezat sepanjang 22 tahun hidup di dunia. Soto kudus, soto surabaya, soto
padang, soto betawi, soto ambengan, soto sokaraja, soto asalan pinggir jalan,
sampai soto restauran masih kalah sama soto di tempat ini. Top banget!3
kali tambah nasi sudah cukup membuktikan kelezatan rasanya.
Dari peta yang saya download jarak pacitan ke arah klayar
sejauh 40 KM. Pada kenyataannya tidaklah begitu. Perjalanan tidak selamanya
mulus, berbekal penunjuk jalan dan tanya tanya di perempatan kami memacu
kendaraan sewa kami. Di tengah jalan salah satu motor kami mengalami bocor ban,
bocor bannya pun tidak biasa. Saat dibuka ban dalamnya tergores lurus sepanjang
hampir 20 CM. Benar benar sudah tidak bisa diselamatkan dengan tambalan dan
harus diganti dengan yang baru. Beruntung sekali pecah bannya di pintu masuk
hutan jati yang masih belum jauh dari perkampungan.
Mas tambal ban menanyakan
maksud kedatangan kami ke pacitan. “
apa toh yang kalian cari jauh jauh ke pacitan” wong Cuma pantai ya gitu gitu
aja...masnya malah bilang seperti itu. Ya, sama aja seperti sekian ribu manusia disamping
keraton yang sama sekali tidak terarik untuk mengunjungi keraton. Alamiah dan
tidak masalah. Tapi dari mas ini pula yang membuat kami sadar kami telah
memilih jalur yang salah dan memutar. Dari
arah pacitan menuju jogja melewati pasar punung dan carilah mesjid besar dikiri
jalan, berbelok lah disini dan ikuti penunjuk jalan “begitulah pesan masnya seblum memberikan uang kembalian’. Dari petuah mas tadi si kesanya jaraknya pendek. padahal sudah ratusan kelokan, naik turun di jalan yang cukup hanya dilewati satu
setengah mobil, di tengah hutan, jarang bahkan tidak ada penduduk rasanya belum ada tanda tanda kberadaan pantai. samapi menemukan pertigaan kecil bergambar tanda panah ke arah klayar membayar ketidaksabaran kami.
di belokan terkahir yang berada diatas bukit kami berhenti. menyaksikan pantai panjang berpasir putih di pagari pohon pohon kelapa menjulang dengan benteng pahatan alam pada batu-batu karst raksasa. sungguh terlalu indahnya. (ikuti keindahan pantai klayar, srau, watu karung dan goa gong di cerita selanjutnyaI
panati pacitan dari atas (courtesy of google) |
denah ke pantai klayar (courtesy of kaskus.us) |
mendorong motor rental dari pintu hutan sampai ktemu masyarakat (ban bocor) |
No comments:
Post a Comment
thankyou for your comment..