Sunday, 6 February 2011

WEST FLORES : KOMODO AND SO MUCH MORE (Session 1 : Journey to The East Version : deskriptif)

mau jalan jalan gratis free ke pulau komodo?? klik aja http://www.indonesia.travel/quiz/index.php?fuid=1252653310


WEST FLORES : KOMODO AND SO MUCH MORE

Session 1 : Journey to The East
Version : deskriptif

“Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari paling sedikit 17.500 pulau dengan laut sebanyak 2/3 dari luas total”
Begitulah kutipan dari buku pelajaran IPS SD dan SMP yang pernah saya baca. Namun kenyataannya saya masih belum bisa membayangkan bahwa pulau sebanyak itu benar-benar nyata.  Melihat puluhan pulau berjejer langsung di depan mata saja belum pernah apalagi ratusan bahkan ribuan, pasti akan AMAZE sekali rasanya.

Nusa Tenggara Timur dan Barat dapat mewakili bahwa negeri ini memang negeri kepulauan. Namanya saja nusa yang secara harfiah berarti pulau dan secara de facto dapat dilihat di peta atlas Indonesia bahwa dua propinsi ini terdiri atas beberapa pulau besar dan banyak pulau kecil-kecil bersererakan memanjang dari barat ke timur. Di tahun 2010 saya sudah merencanakan (time and finance) bahwa saya harus bisa berkunjung ke Nusa Tengagra Timur (selanjutnya disebut NTT).

Semua berawal saat sidang LPJ suatu UKM dimana saya harus mengLPJkan bidang saya, karena bosan dengan sidang yang lama , ya buka twitter dan FB.  Eits.. ternyata ada mesej dari gamabackpacker community mengenai perjalanan ke KOMODO plus link ke blog si pembuat ide. One Again, God Love me!  waktu dan itenerary nya pas sekali dengan jadwalku.
Untuk melancarkan keberangkatan ini saya pun terpaksa (tapi menguntungkan) mengakselerasi skripsi saya yang masih merangkak-rangkak, memesan tanggal pendadaran (sidang skripsi) walaupun belum selesai BAB IVnya. Semua tugas yang baru aja ditempel pun langsung saya kerjakan (pertama kali seumur hidup). Senin, 6 januari sidang skripsi berakhir dengan perasaan ya lega.

Rapat pertama (lupa tanggalnya) terkumpul empat orang. Orang orang yang belum saya kenal sebelumnya, ada Lerry (FISIPOL), Arni (saat itu masih tak kira FISIPOL), dan bu Jendral Rizka (HUKUM double degree ekonomi koperasi). Konklusi terpenting dari rapat pertama ini adalah permohonan pengunduran keberangkatan kita 2 hari (dari tanggal 19 ke tanggal 21 karena tanggal 20 aku masih ujian) dan bahwa akan ada rapat kedua untuk memfixkan itenarary serta konsolidasi personel pada tanggal 13, yang ketiga bahwa rapat kedua ini DITRAKTIR oleh Arni.

Kamis, 13 januari 2011, Rapat di rumah pohon, jetis. Sedikit telat hadir karena ketiduran, di TKP sudah ada personel tambahan. Mas Ari (unidendified), mas deddy (pasca sarjana MST UGM), Elisa (FIB), Rahmanu (ELINS). Suasana mulai mencair, sudah tidak ada yang manyun manyun. Konklusi pentingnya : terima kasih Arni kamu telah memberi makan orang yang menderita kelaparan serta membantu mencerdaskan anak bangsa dengan makanan bergizi., kedua, ini pertama kalinya aku minum soda gembira..it is really happy soda.., ketiga kita sepakat berangkat pada tanggal 21 start jam 7 di lempuyangan, hasil rapat yang lain tidak terlalu penting.


Guys..udah denger belum dari berita kalau di timur cuaca buruk, dan kapal ferry di selat sape tidak berlayar karena ombak tinggi sampai tanggal 23. Dan aku sudah nelpon ternyata hari ini tidak jalan, gimana menurut kalian”..
(sms yang dikirim Rizka pada 19 januari pagi)
Suara dalam hati saya (ilustrasikan seperti sinetron indonesia yang suka bersuara hati) “ waduh, bisa hancur impianku, kapan lagi kalo bukan sekarang bisa ke pulau komodo” sejam kemudian saya balas sms nya setelah hati mantap.
gini aja, kita adakan rapat sore ini biar jelas” begitu sms yang saya kirim. 
Sejujurnya ntah kenapa saya berpikir sedikit tidak pake logika, sudah tertutup passion untuk ke komodo jadi saya sendiri tidak memikirkan ombak tinggi cuaca buruk yang lagi hot saat itu.

Rapat 19 januari sore dihadiri oleh aku, rizka, rahmanu, lerry, dan satu personel baru yang belum dikenal yaitu Ari/basari (ILKOM). Aku dan lerry memutuskan untuk lanjut begitu juga rahmanu, sedangkan yang tidak hadir akan menurut saja tapi cenderung untuk tidak lanjut. Tapi ujung ujungnya semua menyerahkan pada keputusan rapat yang setelah menimbang, memutuskan, dan menetapkan bahwa kita Tetap berangkat sesuai jadwal. Hanya elisa yang tetap tidak ikut.


Day 1, 21 januari 2011
Jam 7 tepat  (padahal semalem baru tidur jam setengah 4an) aku sudah sampai di stasiun lempuyangan dengan membawa karier/ransel dengan berat lebih dari 10KG dan bungkusan plastik berisi bekal makanan pemberian. kontestan pertama yang saya temui adalah Basari dan kedua Leri. Trus tiba tiba ada dua bidadari (kayak ada yang nyangkut ditenggorokan..) menghampiri.
Miss 1 : hallo, saya Vina..,,wayan kan?? (dalam logat Sunda)
Miss 2: saya Vini (logat batak sumatera)
Just it!! Karena setelahnya nyaris gak ada interaksi lagi dengan dua nona ini.
Rahmanu pun datang.
Wayan : mana Rizka??
Manu : dia lagi di kopma mas..
Ditunggu agak lama,,datanglah mas dedi, mas ari, rizka dan arni.

Tepat jam 7.30 mbak sri tanjung pun jalan. Kita udah naik gerbong mensurvei tempat kosong trus turun dan naik lagi sampai dapat tempat duduk yang jejer jejeran gak misah dan intinya bisa selonjoran. Saya sendiri duduk di gerbong X (lupa) kursi 11A-B-C, disebelah Rahmanu dan didepan  Basari.
tidur free style di kereta ekonomi sri tanjung

Menurutku mbak sri tanjung ini berjalan dalam tempo yang nyaman, tidak seperti teori ekonomi tentang kereta, kereta ini jauh lebih nyaman bahkan hampir sama dengan teori bisnis. (ekonomi dan bisnis memang dekat, makanya digabung dalam satu fakultas FEB). Menelusuri jalan jalan baja, pohon pohon bambu  dan sawah  hijau berumur 2 bulanan menjadi wallpaper yang sangat dominan dibalik kaca kaca kereta.

Perjalanan panjang bisa menjadi hal yang sangat membosankan dan bisa juga menjadi hal yang cukup mebosankan (tapi tetap sama sama bisa bikin bosan). Setiap orang mempunyai gaya masing masing untuk membunuh kebosanannya. Paling umum adalah tidur, tapi tiap orang punya ambang yang berbeda untuk bisa tertidur. Basari telah menunjukkan bukti, belum keluar dari wilayah kerajaan sri Sultan dia sudah tidak sadarkan diri (ambang tidur amat sangat rendah). Tidur sendiri membutuhkan suatu keikhlasan. Keikhlasan untuk melewatkan pemandangan sepanjang perjalanan, dan saya tidak punya itu. Rizka punya cara yang umum untuk tidak bosan yaitu membaca, TAPI menjadi sangat amazing karen adalah yang dia baca bukan koran, novel atau komik. Bayangkan disaat seperti ini, liburan guys!!...dia baca buku berjudul jati diri koperasi..busyet!! (tanpa memperhatikan kenapa dia baca buku itu, tetap aja gak matching sama situasi). Leri susah ditebak apakah dia bosan atau tidak bosan, dia Cuma bengong..(sepertinya menahan mual atau sejenisnya). Mbak satu ini beda dia tidak bisa tidur bukan karena prinsip tidak ikhlas melewatkan pemandangan tapi tidak ikhlas melewatkan bapak ibu penjual makanan yang berseliweran, that is Arni.
Arni : pak stroberinya dong!! Berapaan pak?? (tirukan dengan suara TOA dan melengking)
Bapak : “ bla bla..........,(bukannya jualan tapi bapaknya malah menarsiskan dirinya kalo waktu muda di sering dikejar cewek cewek)
Bapak : nanti kalo ada apa apa Se Me Es saya ya.(kemadura maduraan).
Wayan : SMS maksudnya pak??
Tidak ada makanan yang boleh lewat sebelum memberi upeti pada Arni. Tapi yang penting kita dapet cipratannya. Beruntung punya temen perjalanan seperti ini.

Jam 14.00 kereta berhenti lama di stasiun Gubeng, rasanya sumuk tenan plus pantat sudah serata kursi setipis triplek padahal baru aja 7 jam (7 jam kok baru aja...harusnya sudah 7 jam). Usaha untuk menguasai kursi yang jatah sebenarnya untuk tiga orang harus pupus disini. 2 orang anak muda duduk di kusi sebelah kita. Jadilah kita tidak bisa berselonjor. Tambahan prinsip kereta ekonomi : ikhlas berbagi dan harus mementingkan kepentingan umum.
Wayan : mau kamana ini mas mas??(sambil mengisi waktu)
Mas-mas : kita mau ke Bangil ..(dimana itu,,pikirku, kayaknya pernah baca di buku tempat lahir salah satu pahlawan nasional pria)
Wayan : mas kerja di surabaya?? O ya, mas, nanti kita lewat yang lumpur lapindo gak??
Mas2 : iya, kita kerja di surabaya,, PP memakai kereta (logat situbondo-pasuruan)..iya, ntar kereta ini lewat kok dipinngir tanggulnya. Kalo mas mau tidur..ntar tak bangunin biar gak kelewatan.
Nyatanya saya terbangun sudah lewat dari lumpur lapindo, masnya tidak berhasil membangunkan saya. Anehnya  tadi saat kursi masih bisa dimonopoli saya gak bisa tidur..tapi saat udah desek desekan malah bisa tertidur lelap.

Sepertinya banyuwangi masih jauh sekali. Mas mas sebelah turun di bangil dan naiklah bapak-bapak. Dari hasil perbincangan ternyata bapaknya kerja di lumpur lapindo Porong bertugas mengawasi tanggul dan ntah ngapain. Banyak yang saya tanyakan ke bapaknya kayak wawancara berita pokoknya tapi tambahan pengetahuan yang gak saya dapatkan dari berita tivi adalah bahwa kenyataannya sekarang korban lumpur lapindo sudah terganti rugi hampir 80 persen dan ternyata lumpur lapindo yang sahamnya punya bakrie hanya kurang dari 50 persen,,sisanya adalah pengusaha pengusaha jakarta yang gak pernah di sorot tivi. Nice lahh. Sesuai dengan perkataan bapaknya bahwa kami sampai di stasiun jember jam 7 malam. Start dari sini lah kereta rasanya sangat lambat dan gak sampai sampai. Atlas yang saya bawa pun berguna. Untuk menghilangkan kebosanan, kami sibuk mencocokkan nama stasiun dengan nama kota yang ada di atlas sambil mengira-ngira jarak yang tersisa.

Jam 22.30 sri tanjung sampai di rumah terakhirnya, stasiun banyuwangi. Lega tiada tara selama hampir 17 jam diatas kereta akhirnya bisa menginjak bumi lagi. Berjalan keluar stasiun, Sidomar (indomaret) terlihat didepan mata. Gak mau ngelewatin kesempatan. Semua anak masuk dan nyetok makanan. Pergantian jaga shift malam di indomart bikin antrenya lama karena pake kasir manual..Cimory (yoghurt) sudah ditangan plus sikat gigi jadi tak apa mengantri lama. Sambil terus menyusuri jalan aspal ke arah pelabuhan kita mapir lagi duduk duduk sambil beli nasi goreng bungkus yang terhitung murah meriah. Cuma goceng (di jogja aja sekarang enam ribu).
jaln dari stasiun banyuwangi ke pelabuhan (mengatur strategi)

DAY 2, 22 januari 2011
Vini dan vina jalan paling depan dengan sanagt PD.
Bapak2 : “ayo komandan!! Lurus terus!!” (berteriak)
Kita semuanya belum ngerti maksud bapaknya, kita masih aja jalan lurus terus. Zinggg....beberapa detik kemudian baru sadar kalo si bapak niatnya ngejek kita salah jalan. Harusnya kekiri! ketawa dah semuanya (bagian ini agak susah di visualisasikan dengan tulisan..pokoke terima aja kalo ini konyol dan bodoh).

Satu jam bruto di kapal kita habiskan dengan mengantuk, mengenang 17 jam di kereta, saling minta difotoin, makan nasi goreng  bungkus plus ngerokok (yg ngerokok aja). Sampai di Gilimanuk jam 02.00 WITA. Ada gula ada semut, tanpa harus wara wiri bertanya sana sini, bapak bapak sopir udah nyamperin menanyakan tujuan kita. Kebetulan bapak ini yang kami cari, bis ke padang bai dengan harga 40 ribuan, tanpa tawar tawar lagi karena memang harganya segitu kita dianter ke tempat bisnya bertengger. Setelah mendapatkan posisi yang PW sambil merendahkan dudukan kursi, mengencangkan jaket, dan membayar tiket bis ke pak kondektur, langsung masuk ke dunia tidur. Nikmat sekali. Dingin dingin empuk.  Bangun lagi sudah sampai di terminal ubung denpasar, yang berarti sudah 3 jam saya pergi dari dunia nyata.  Matahari sudah sangat jelas mentereng di langit timur. Ini sudah jam 06.00. bis lanjut lagi ke arah timur menuju pelabuhan. Walaupun Cuma lewat, bali memang indah dipandang, jalanan masih sepi, yang rame hanya di pasar pasar tradisional dan hanya ada anak anak sekolah yang siap siap berangkat sambil dikepang rambut oleh bapaknya (bener bapaknya bukan ibunya).
pagi di bis glimanuk-padangbai (hanya ada kita)


Pukul 7.30 sampai digerbang padang bai, dimana kami diturunkan. Kami jalan lagi masuk kepelabuhan. Tapi tetep masih sambil nunggu yang foto foto di gerbang candi bentar pelabuhan. 8 anak yang lain langsung menuju ke toilet pelabuhan (basari, vina, mas dedi...beli nasi jinggo., sepertinya, ini adalah kali pertama basari melihat bentuk bungkus nasi berbentuk kerucut,,hal ini terlihat dari pertanyaan dia ke ibu penjualnya). Aku sendiri dan rizka menuju ke arah bis-bis yang parkir di luar kapal. Beruntung sekali bis inilah yang kami cari, bis yang seharusnya baru akan kami temui di mataram (jika menurut rencana awal kita), Bis langsung Indah. Bis jurusan mataram-labuan bajo. Tapi bis ini berangkat dari bali (ntah karena apa). Penawaran harga dari bapaknya adalah 360ribu (memang segitu harganya) tapi dengan ngeles dan jurus tawar2 mahasiswa dapatlah harga 300 ribu sampai labuan bajo all in one plus makan 2 kali di mataram dan sumbawa.

kapal meninggalkan pulau bali menuju lombok
08.30 bel kapal berbunyi sangat keras menandakan kapal siap meluncur membelah perairan selat lombok yang terkenal berombak tinggi dan berangin kencang (jika dibandingkan selat sunda, selat bali. Ini subjektif penulis karena penulis hampir sudah 100 kali naik ferry). Bangunan dan daratan bali terlihat makin mengecil seiring kapal yang makin jauh melaju ke timur. Duduk di deck kapal sambil makan nasi jinggo dan baca koran jadi pilihan kami menghabiskan waktu. Selat lombok dihiasi pulau pulau kecil yang pantainya berlekuk lekuk dan indah sekali. Basari tiba tiba muncul dan sudah mandi (anak ini masih akan terus hobbi mandi dikapal), rizka pun hilang ntah kemana. Bosan dibawah, aku, arni naik deck atas. Disana sudah ada mas ari dan basari. Pemandangan jauh lebih jembar(lega) disini. Foto foto lagi kita, berlatar pulau dan bendera indonesia yang berkibar di tiang kapal. Bangun dari duduk ternyata sudah item - item bekas jelaga cerobong asap kapal...sial e...! disini bosan lagi,  pindah lagi ke deck lambung kapal bagian kiri  memandangi laut yang biru dalam sambil mengkompas ke arah ujung pulau bali yang masih terlihat dan mempraktekkan ilmu navigasi darat dengan kompas dan peta di tangan. Ntah kenapa, sejam kemudian saya baru sadar kalau saya tertidur dilantai dengan kepala nyender di kursi, angin laut memang menyejukkan. Disini sempat ngobrol lama dengan seorang anak muda (berasa tua) yang ternyata anak IKIP mataram yang baru saja balik dari mengantarkan adiknya bersekolah di Singaraja Bali.

Jam 13.00 bis kita sudah menapaki tanah bumi gora/lombok yang kabupaten lombok baratnya  bersemboyan patut patuh patju bergambar menjangan loncat didapan gunung rinjani. Sudah 8 tahun sejak saya pertama ke Lombok, sekarang sudah banyak yang berubah. Sawah sawah yang dulu dipenuhi tanaman tembakau dan atau ditanami kangkung sekarang sudah tidak ada lagi. Padi sudah menjadi tanaman utama. Yang tidak mengalami perubahan adalah dibalik pohon pohon yang tumbuh di tegalan dan pematang pematang sawah menyembul pengunungan rinjani dan kerabatnya rinjani dengan diselang seling rumah bali dan mesjid. Perlu diketahui mataram/lombok (khususnya lombok barat) dikenal dengan kota seribu mesjid, hal ini bisa dilihat dengan mudah dan gampangnya kita menemui mesjid besar besar dipinggir-pinggir jalan bahkan di sawah sawah yang penduduknya sepi bahkan tidak ada.
Pukul 13.45, kami sampai di terminal mandalika, Cakranegara, Mataram. Yang pertama dirasakan saat turun diterminal adalah Panas mentereng. . Pikiran untuk mandi gak sempet melintas sampai disini. Perut galau, pemasukan dan pengeluaran datang berbarengan. Jatah makan pertama kami dapatkan diterminal ini, disebuah rumah makan berukuran 3 x 3 meter yang memberikan hidangan khas sumbawa dengan porsi amat mini, tapi sumpah mati sambel dan terong mentahnya enak banget. Lumayan menutupi kekecewaan kami pada kuantitasnya. Ditilik tilik terminal ini masih sangat semrawut dan sepi, tidak ada kondektur yang teriak teriak atau menarik narik penumpang seperti di sumatera dan jawa.
mau kemana dek??” bapak berbaju tentara bertanya (logat sumbawa)
Saya : “kita semua mau ke flores pak”, “bapak mau kemana?””
Bapak ini ternyata baru saja dari selesai pendidikan keperawatan di RS sanglah denpasar untuk bekerja di militer sumbawa besar.
“ayo singgah di rumah saya,, cari aja di daerah Korem sumbawa besar ajalan pantai. : tawar bapaknya dengan ramah pada kita.

Jam 15.00 bis meluncur meninggalkan mataram melanjutkan perjalanan mengambil kitab suci ke timur. Kursi no.27 yang saya duduki terasa menjadi sangat nyaman, efek dari makanan terminal yang sudah masuk ke perut menurunkan aliran darah ke otak. Lombok tengah yang dipenuhi sawah lewat dalam waktu 1 jam-an. Bangun dari tidur, pantai sudah ada di depan mata. Pantai pelabuhan Kayangan, Selong, Lombok timur.  Hujan rintik rintik sebesar biji jagung turun dalam waktu yang tidak sebentar. Sejam lebih bis masih berdiam di tempat parkir karena masih mengantri dan belum ada kapal. Titik titik air yang merembes di kaca bis pun dapat menjadi hiburan dengan menjadi objek yang bagus untuk di foto.

Pelabuahn Kayangan merupakan pelabuhan penghubung antara lombok dan sumbawa. pelabuhan ini memiliki latar pemandangan pegunungan bertingkat tingkat seperti di film Kera sakti plus pantai yang tidak kalah bagus. Memang makin ke timur sesuatu yang bernama pantai menjadi makin bagus. 2 jam dikapal aku habiskan di deck paling atas bersama mas Ari, dan arni sambil mewawancarai bapak bapak jakarta yang bekerja di sumbawa, karena pertanyaan gak pentingku si bapak memberikan tiket kapalnya untuk saya..haaa. Selat alas berujung di pelabuhan Pato Tano, Alas, Sumbawa. Hari sudah sangat gelap.. jalan utama pulau yang kami lalui berjalan di pesisir utara dengan laut flores dan teluk saleh  di kiri dan pohon pohon pegunungan berseling rumah di sisi kanan. Satu jam berlalu didaratan sumbawa, jatah makan kedua dan terakhir dari bis ini diberikan. Rumah makan pondok berdinding bedeg menyajikan makanan gratisnya pada kami. Telur berkuah santan plus nasi dengan porsi jauh lebih lumayan dari mandalika plus teh bersemut. Tempat makan yang agak aneh ini kami beri gelar “the best resto in town” (pikirkan dengan majas Ironi).

Day 3, 23 jan 2011
Otot belikat kiri yang terasa sangat sakit membangunkan saya di tengah malam. Badan saya merasakan pegal bahkan nyeri. Jam Hape menunjukkan pukul 02.36 WITA dini hari. Saya mendapati bis sedang menyusuri jalan ditengah hutan antah berantah tanpa tau sama sekali nama tempatnya. Di tengah gelapnya malam yang benar benar gelap tanpa listrik. Dikanan kiri jalan tidak ada tiang PLN, hanya bulan purnama yang sudah berumur 4hari  yang menjadi lampu jalan itupun setengah lebihnya ditutupi awan. Terlihat jalan ada di pinggang bukit meliuk liuk dalam sumbu horizontal dan vertikal. Jalanpun kadang berubah menjadi sangat jelek, bukit bukit bertumpuk menjadi landscape yang paling dominan. Hape kembali saya cek dan memang benar benar tidak ada satu garis sinyalpun.

Di perjalanan hanya sekali berpapasan dengan satu truk sembako, berpapasan dengan minggir menunggu giliran karena jalan hanya bisa untuk satu kendaraan besar. Yang paling saya rasakan malam itu adalah ingin sekali cepat cepat pagi karena mentari akan membuat pemandangan terlihat lebih jelas, jelas jelas beautiful.

Antara setengah sadar dan teler bis mengalami mogok lebih dari sejam karena kekurangan bahan bakar/aki yang soak (mendengar terikan bincang bincang sopir dan kondektur dalam setengah sadar). Alhasil kami baru sampai di terminal Dara, Bima tengah, Bima pukul 06.00. Sejak tiba di terminal 9 orang lainnya terlihat kuyu (mungkin karena belum mandi cape plus mules kali ya??) dan ntah kenapa saya sendiri merasa sangat sumringah. This is my new experience here. Dan jangan sekali kali membayangkan terminal disini (walaupun yang terbesar disini) sama/mirip dengan yang di pulau jawa atau sumatera. Jauh Boi!.

Bima adalah kabupaten paling timur pulau sumbawa, beribukota di woha. FYI, bima adalah kabupaten yang berasal dari kesultanan bima abad 17M yang dipercaya didirikan oleh Bima anak pandu dewanata (pandawa) yang berhasil meyatukan lima kerajaan kecil didaerah ini.  Perjalanan di pulau sumbawa bukan berujung disini, yang berakhir disini adalah percintaan kami dengan bus langsung indah. Jalan yang kecil membuat bis besar tidak ada yang membuka trayek hingga ujung pulau. Kol (di jogja nyebutnya begitu), angkot (rasanya kurang cocok), mini bus (lebih gak cocok), sudah mencari padanan kata indonesia untuk menamai angkutan yang kami naiki berikutnya ini (mirip angkutan tua yang masih ada di Jakal untuk naik kali urang jogja). Angkutan ini bisa memuat hingga 30 orang(kapasitas nyaman 15-20), barang bawaan kami yang besar besar plus ibu  ubu dari pasar membuat angkutan penuh, plus ditambah yang berdiri dan ngejongkrok dibawah.
angkutan bima-sape

Jalan dari Bima menuju pelabuhan sape berupa jalanan aspal tipis yang sempit di pinggang bukit tepi jurang yang di pagari pohon crut-crutan (bisa dilihat di utara maskam UGM), angsana sampai asam kranji yang tumbuh alami. 3 jam melintas di jalan berkelok kelok khas indonesia timur memberikan pemandangan alam perbukitan, dan lembah lembah yang diolah menjadi sawah bertingkat. Disini juga banyak sapi berkeliaran di pinggir pinggir jalan tanpa diikat atau digembalakan. Menurut penduduk setempat disini tidak ada yang mencuri sapi karena setiap orang sudah punya sapi bahkan ratusan sapi. Selain itu si mas juga bercerita tentang susu kuda liar sumbawa yang bagus untuk stamina, trus madu sumbawa, dan jalan di flores yang lebih jelek dari disni begitu juga tentang pengalamannya mencari madu hutan di flores untuk di jualnya di sumbawa.

10.00 kami tiba di pelabuhan Sape, ujung wetan pulau sumabawa.
Bapak : monggo mas, mari duduk duduk dulu, kapalnya amsih lama (dalam logat jawatimuran)
Wayan : saya baru denger kata monggolagi disini pak
Bapak : la ini orang jawa banyuwangi semua kok,, kita orang banten..banyuwangi tengah (bapaknya niat melucu taapi kita gak ada yang ketawa..haaa)
Wayan :oh ngono toh
Bapak yg lain : mari mandi dan makan dulu”, santai santai aja dulu . kan kapalnya masih jam 4
Kami bersepuluh sudah menduduki pos masing-masing. Ada yang langsung ngejongkrok nonton tivi (basari mas dedi), mas ari langsung mandi dan katanya mau kelalang keliling cari temen ngobrol lagi. Lain lagi dengan kita yang tersisa. Arni mengomandoi memesan mie rebus tante dan indotel. Vina dan vini gak menegrti istilah anak gaul burjo seperti itu. Kampungan kan..(piss Bebs!!) (padahal yang kampungan ndeso ya kita sendiri). Satu satu bergliran mandi. Saya sendiri masih males mandi tapi sepertinya akan mandi karena panas dan baju udah nempel lengket dikulit jadi terasa sangat gak nyaman. Yang saya yakini tidak mandi disini hanya basari karena dia pasti akan mandi di kapal.(dan benar).

Ngabuburit pun dimulai, kartu di kocok dan dibagikan. Main tepok nyamuk dimulai. Mainan yang sepele bodoh namun punya nilai hiburan sejati. Kontestan terlemot masih diduduki oleh rahmanu, disusul oleh wayan. Asik main kartu (info tidak nyambung : Usut punya usut disini Cuma ada sinyal simpati dan telkomsel, jadi kartu hapeku gak mempan disini)., eh ada kambing dibawah meja tempat kita duduk lagi makanin kertas. Memang agak ajaib ini kambing stress karena harga cabe melonjak jadi kertas pun dimakan habis habisan. Puas bermain saya lanjut mandi. Menengok tempat mandinya ternayata masih ada yang menggunakan sampai setengah jam lebih menunggu. Kamar mandinya adalah berupa 2 bilik yang berdiri diatas rawa laut hutan bakau dengan aliran air sepertinya dari selang air tanah. Bilik dari seng dengan pintu kayu berukuran 1 x 1 meter dan ada lubang mencurigakan ditengahnya. Saya masih belum bisa menerima bahwa yang lubang ditengah adalah WC yang langsung terhubung dengan dua luar...(huhuu....)

Setelah membungkus bekal di warung nasi ini kita mendapatkan keberuntungan  karena kapal akan berangkat lebih cepat, pada pukul 2 siang. pukul 12.30 kami semua sudah berangkat ke dermaga berjalan kaki. Menembus hujan gerimis. Mantol plastik paling fashionable yang gak mungkin di temukan dimanapun saya kenakan,,dan lumayan menarik perhatian karena suara kresek kreseknya yang berisik.

Pukul 13.30 kapal mulai lepas landas, keadaaan kapal lumayan penuh. Semua orang berwajah indonesia timur. Tetapi ada juga sekitar 15an bule kaukasian yang sepertinya ,memiliki tujuan yang sama ke pulau komodo.  Mas Ari (Vina menyebutnya acong) sibuk menghabiskan waktu dengan talking with the bule hampir berjam jam. Basari sesuai hobbynya, mandi di kapal. Rizka duduk manis dan seperti sudah kehabisan teori untuk membunuh bosan yang akan datang samapai 8 jam ke depan. Leri duduk tenang antara kalem atau sedang berjuang melawan mabok. Vini (the bebs) belum heboh heboh banget, dia kalem berdua dengan Vina. Rahmanu asik duduk kalem. Arni, langsung makan bekal yang tadi di beli.  Dan saya sendiri mencari tempat kosong di pinggir kapal, menggelar mantol plastik dan tidur. Tidur hampir sejam dan masih ada 6 jam perjalanan laut lagi. Ntah kenapa akhirnya Aku rizka dan arni terlibat perbincangan mengenai mahabarata akibat kartu bridge saya yang bergambar wayang. Saya mulai bercerita ampe berbusa hampir satu jam lebih (lumayan membunuh waktu) menceritakan mahabarata dari bisma belum lahir sampai Arjuna punya cucu dan mati. Walaupun Arni mulai tidak nyambung dan menyerah ditengah jalan untuk menyimak(maklum Arni memang rada begitu suka nyamber terus gak nyambung).
membunuh waktu : main kartu di kapal
Ide lain untuk menghabiskan waktu adalah memelankoliskan diri dengan berdiri dipagar kapal memandangi jejeran pulau pulau batu menghijau yang gak hilang hilang ditengah laut, sambil minjam teropong dari miss california yang berbaik hati menawarkan teropongnya, melihat sambil sesekali memfoto dan difoto (banyakan difoto). Saat segerombol lumba lumba melintas dan meloncat di depan mata, saya berteriak kegirangan. Because of it is my first time menyaksikan lumba lumba asli di alam. (biasanya di Ancol). Teriakan saya membuat anak anak yang lain ikut berdiri dan melihat kelaut. Lumba lumba ini masih muncul sampai setengah jam berikutnya.

Ide main tepok nyamuk kembali dilakukan. Lapak digelar dengan plastik di dekat dinding kapal. Permainan dimulai baru tepokan pertama, Arni sudah berteriak heboh. Tapi yang jauh lebih heboh adalah teriakan umat satu kapal meneriaki kita, karena teriakan kita sangat menggangu mereka. Seperti film kartun, rasanya badan menciut seperti nyali yang juga menciut. Satu-satu anak-anak berhenti bermain. Kalo masih dilanjutkan Arni dan temen temen teriakannya akan makin keras dan bisa bisa kita dicemplungin kelaut sama penumpang lain.

Vini sibuk sandar sender dengan vina. Vini terlihat sanagt terobsesi dengan salah satu bule cowok tinggi (banget) yang dia juluki his bebs, fabregas. Vini/aisyah sengaja maju maju mendekati fabregas..


tidur dilantai kapal (sape-labuan bajo)
Berlayar 1 jam sudah (jawa-bali), 2 jam sudah (lombok-sumbawa), 4 jam(bali-lombok) juga sudah, sekarang hampir 9 jam pun akhirnya mau berkahir. Jam 10.00 malam, kapal merapat di dermaga labuan bajo, Flores NTT. Semua sangat sumringah menegok berjejer dari pagar kapal ke arah labuan bajo.
Arni : Lampu lampu nya keren ya??
Wayan : wah labuan bajo keren ya, dan kita akhirnya bener bener sampe flores cuy
Arni : ya iyalah bagus,,kan banyak resort yang dikelola luar negeri (ntah beneran atau Arni sedikit sotoy saja)

Di benak kesepuluh orang ini yang ada adalah pasti labuan bajo eksotik seperti lampu lampunya. Baru ditangga kapal sudah banyak calo calo penginapan dan kapal layar ke komodo menghampiri menawarkan jasa ke semua penumpang. Baru kaki menginjak tanah flores yang ada pelabuhannya becek akibat hujan, Untung saja kita kenal mas dika Gonzales beranting 2 saat dikapal, dia adalah native residence nya labuan bajo jadi lumayan aman jadinya.
Calo : erte erte,,, erte!! (setelah berjam jam bahkan hari kami baru sadar ternyata yang mereka ucapkan sebenarnya adalah Ruteng, kota setelah lab. Bajo)
Rahmanu, dkk : diam saja melengos tidak menolak tapi juga tidak menjawab tawaran
Calo : oh mereka tidak mengerti bahasa indonesia. How Ar you, how are you??
Kita : ngakak dah kita semua.


Setelah meletakkan barang didalam kamar sewa yang tidak cukup nyaman, satu kamar berlima dengan dinding triplek tanpa jendela dan WC yang hemat air plus bisa mengeluarkan mata air, kami semua turun makan. Bingung mau kemana,  bapak penjual nasi goreng yang terdekat memanggil kita untuk makan disitu. Makan nasi goreg bumbu flores dengan sambal extra pedas rasa cabe flores (ini gak lebay..tapi memang rasa pedas cabenya beda ama cabe jawa dan sumatera). Semboyan di selama disini adalah..APA PUN MAKANANNYA, MINUMNYA AIR BOTOL Merek RUTENG!!.

Tujuh anak lain langsung menuju ke penginapan untuk tidur. Aku dan Rizka tetap di tempat makan menunggu bapak yang akan negosiasi harga kapal. Mas Ari meluncur menuju penginapan Bule yang katanya (katanya mas Ari aja si) mau ikut kita besok.
Mas Mas : kita ada kapal bisa muat maksimal sampe 15 orang, dapet makan minum, tiket masuk, nginep di pulau dan total 2 hari pemakaian, lima setengah ya?? (logat Jawa tulen)
Rizka/wayan : oh oke mas kalo gitu tapi kita tanya dulu kepastian orang yang ikut, karena kita masih nunggu konfirmasi 2 bule yang katanya mau ikut kita.(jiwa menawar Rizka bangkit)
Rizka : gimana kalo turun (jadi) lima ratus mas
Mas : (agak bingung expresinya sambil menimbang nimbang) Oke jadi bisa, Total jadi LIMA JUTA YA??
Wayan/Rizka : (kami baru sadar kebodohan kami bahwa yang dimaksud di awal dengan lima setengah adalah JUTA bukan RATUS, kita menduga RATUS karena dari refrensi internet ada yang mendapat harga 800an. Kami kira lima ratus lima puluh ribu rupiah!! Jadi kami tawar jadi lima ratus ribu. Dan si mas menduga di tawar/korting turun lima ratus ribu dari 5,5 jadi 5 juta) dengan ekpresi dungu sambil muter muter sendok ngadep kebawah,...ya mas,, tapi kami pastikan dulu ke teman teman kami apakah mereka setuju. Nanti kami hubungi mas lagi kepastiannya.

To be continued ke :

WEST FLORES : KOMODO AND SO MUCH MORE
Session 2 : Komodo trekking
Version : deskriptif






















4 comments:

  1. Wayaaaann... spesifik bnr dah, keren deskripsinya, tp tetep enak dibaca, ringan.
    yg lucu, Vina logat Sunda, Vini (the bebs) logat Batak.. dan Sang Ibu Jenderal, Rizka..

    ayo Vina tunggu tulisan selanjutnya.. =D

    ReplyDelete
  2. hahha parah!
    yang paling berkesan adalah ketika tertipu lampu labuan bajo, sama ketika ferry mendarat di labuan bajo terus dikerubutin dan dipanjat orang2 sana..

    nice gan :D

    ReplyDelete
  3. nice!! btw, yakin tu beneran ada lumba2nya? keren bgt..ditunggu foto2nya yg sm komodo :D

    ReplyDelete

thankyou for your comment..