Suara Ibunya Aris membangunkan saya, seperti juga hari sebelumnya. Panggilan ini menandakan jam sudah menunjuk angka setengah tujuh pagi. Waktu sarapan pagi di keluarga ini dan semua harus berpartisipasi. Sambil mengusap pinggirin bibir takut masih ada sisa material tidur, saya pun menuju kamar mandi untuk mencuci muka dahulu. Sudah hari ketiga saya
homestay tetap saja masih terasa kaku harus sarapan bersama.
Timer saya sarapan bukanlah rasa kenyang tapi kalo yang lain sudah terlihat akan selesai maka saya akan menaikkan speed supaya bisa selesai lebih dahulu. Aris, Ayah, dan ibunya sudah berangkat ke pekerjaan masing masing, saya pun tinggal sendiri dan betapa malas rasanya harus kembali ke jalanan jakarta mengingat panas dan macetnya.
Satu, dua, tiga, kakinya bergerak menuju jalan mencari bis kota yang menuju matraman. Jalur singkat yang saya dapatkan dari proses konsultasi dengan ayahnya aris saat sarapan. Dari bis kota saya meloncat ke busway meluncur menuju halte salemba UI. Dari sinilah perjalanan kaki di mulai menuju taman ismail marzuki. sebagai navigator kali ini adalah si manis peta atlas IPS yang saya beli di yogyakarta plus bertanya sama satpam SD cikini.
|
modern architecture building behind TIM |
APA YANG SAYA DAPATKAN di TIM, untuk pertunjukan planetarium ternyata harus datang berombongan dan sore, bukan itu saja pertunjukan untuk hari ini tidak ada. Sungguh terlalu, kok tidak sesuai dengan yang di brosurnya. Biar gak terlalu sia sia, saya mencari objek yang bisa dieksplor di sekitar tempat ini sambil menyusun rencana B. Di belakang TIM ada institut kesenian jakarta dan gedung pertunjukan yang arsitekturnya sangat modern. Terlihat sekali kalau gedung itu di bangun sama anak sekolahan, bukan tukang bangunan saja. Di depanya ada toko toko buku tetapi sayang saya sama sekali tidak nyambung membaca buku yang dijajakan, isinya sastra yang kata katanya di awang awang otak saya, sama sekali saya tidak paham.
|
jalan panjang ke monas |
Krucuk krucuk...suara lambung semakin memperkeruh suasana. Berbekal filosofi “tiada logika tanpa logistik”, mau gak mau saya mampir di warung makan padang di pinggir pejalanan saya menuju halte salemba. Harga makananya cukup terjangkau. Tapi mahal untuk ukuran emperan. setealah logistik terpenuhi, logika pun hidup lagi, dan saya siap menjejalkan diri lagi di dalam busway menju arah monas. Saya mau ke monas sendirian.mungkin asik kali ya.
|
from the top of monas |
HIDUP ADALAH PERJALANAN kaki, turun di halte museum nasional dilanjut jalan kaki ke area monas yang hampir 1 kilometer di jam 12 siang jakarta raya. Wow. Saya pun tidak tau apa yang akan saya lakukan di monas. Tapi akhirnya inilah yang saya lakukan di monas. Membeli tiket dengan kartu mahasiswa seharga 2ribu rupiah, mengantre lift bersama rombongan ABG jakarta berisik yang sepertinya baru pertama kali ke monas. Nelpon dan smsan dpuncak monas, mencocokan pemandangan nyata gedung gedung yang ada di depan mata dengan keterangan gambar yang ada. Mengambil foto landscape gedung jakarta dari 4 sisi dan turun lagi.
Pulang ke tempat awal, akhirnya saya sampai di salemba lagi. Berjalan menuruni jembatan penyebrangan sepanjang 50 meter mengantarkan tepat di depan gedung fakultas kedokteran UI. Poster besar bertulis kampus bebas asap rokok langsung dengan mudah bisa dilihat oleh siapa saja yang lewat. Bebas asap rokok tetapi penuh dengan asap bajaj dan bus kota. Disinilah saya benar benar awkward, menjadi asing diantara mahasiswa mahasiswa FK UI yang terlihat sangat kekotaan sekali. Lama sekali rasanya menunggu di depan perpustakaan, tapi yang agak aneh adalah kampus ini terlihat sangat sepi menurut saya.
Cukup lama melayang layang menjadi alien di depan perpustakaan akhirnya dua manusia yang ditungguin (apakah merasa ditunggu??) datang satu persatu. Kita langsung kembali menyetop abang bajaj dan jalan kaki ke TIM. Bener saja ternayata sore ini pun planetariumnya tidak buka. Waduh gak ada rasa belas kasihannya si Tim udah jauh jauh dari jogja dan udah dua kali dalam sehari bela belain datang eh gak buka juga, padahal harusnya jadwal buka. Tapi ya apa daya, berhubung TIM bukan punya mbah saya, ya gak bisa dipaksa juga. Akhirnya kembali berjalan kaki kembali mencari pengobat hati menuju arah bioskop barang kali ada film bagus untuk ditonton, tapi tetep tidak mendapat yang sreg dihati.
|
on the RSCM rooftop |
Kegiatan pamungkas terakhir adalah tour the RSCM dan FK UI. Pertama dimulai dari naik ke rooftopnya gedung perawatan yang baru. Atap tempat larinya ko ass koass penat. Tempat untuk melihat view jakarta dalam frame yang lebih luas, juga tempat berfoto foto. Selain itu juga ke bagian yang mendaat tempat khusus dihati saya yaitu bagian saraf dan ilmu penyakit dalam walaupun sempet tersasar ke dalam ruang forensik yang didalamnya amsih ada dokter dan koass yangs edang berkegiatan (tau lah lagi ngapain..)
Sehabis dari RSCM, mulailah ke gedung stovia, nama FK UI dulu. Gedungnya tua dan menyeramkan apalagi saya mengubeknya pas maghrib sudah lewat. Dari ubekan di gedung ini ada 2 patung utama yang saya ketemukan yaitu patung pak ciptomangunkusumo dan bapak abdurahman saleh. Memang semua tokoh awal perjuangan itu adalah mahasiswa kedokteran. Hebat toh! Mantab toh! (dulu tapi ee). Siapa yang menyangka tour ketempat kelahiran suster ngesot ini bisa membuat sangat lelah.
|
jadwal praktek si bebek |
Waktu sudah malam, perut sudah lapar, dan mata sudah ngantuk. Indahnya kalau sudah di rumah, mandi, makan, lalu tidur. Tapi hidup tidak mudah kawan. Kami masih menunggu dengan sabar kedatangan busway di halte. Busway malam itu sudah mulai baik pada saya dengan memberikan kursi untuk saya duduki sampai pertigaan ke arah tebet, menyambung anngot samapailah di jalan sebelum tebet untuk singgah ke bebek kaleyo spesialis yang membuka prakteknya pada pukul 11- 23.00 (bebek ini sekolah di FK mana ya dulunya??). antrean da waiting list yang berbaris bisa memebrikan jawaban tentang rasa makananya. Pasti enak. Dan memang saya akui enak dan murah untuk jakarta. Rasa tidak enak lama lama duduk karenasih banyak yang natri. Kami langsung keluar dan masih jalan kaki sejauh lebih dari 3 km untuk sampai di rumah dan beristirahat.
No comments:
Post a Comment
thankyou for your comment..