Thursday, 27 October 2011

BELAJAR INDONESIA DI MUSEUM NASIONAL JAKARTA


Etno indonesian on spotlite

Meja penjualan karcis terlihat sangatlah formal dengan penjaga karcis berpakain mirip petugas imigrasi bandara.  Mungkin karena ini museum negara, biar gak terkesan ecek-ecek. Harga tiket untuk local visitor sebesar  Rp 5.000 (setara 1 minuman suplemen, sebut saja Mijon). Taukah anda ??  harga tiket tahun 2007 sebesar  Rp.750 rupiah, saya ulangi, harga tiketnya tujuh ratus lima puluh rupiah (tidak ada kesalahan pada mata anda, otak anda, maupun layar komputer anda), sungguh...harga yang sangat tidak logis dan terkesan tidak serius. Pantesan museum hidup segan mati tak mau.  Kebanyakan orang punya adat kalo harga murah malah dilicehkan, kalo mahal malah diincar...apapun alasannya harga segitu emang gak logis. Ke museum memang bukan pilihan kebanyakan orang untuk mengisi suatu liburan, apalagi ke museum sendirian di kota lain pasti tidak pernah menjadi pilihan anda. Bagi yang jarang atau bahkan belum pernah ke museum bisa bergidik saat jalan di tengah remang remang museum replika patung yang ekspresinya membuat terkesan hidup.

Di ruang etnologi saya asyik sekali memandangai peta timbul yang terpampang besar didinding dengan profil etnis di tiap propinsinya. Saking autisnya memantengi aneka rencong, say agak sadar ada orang disebelah saya. Hampir saja nabrak.
Wayan  “Hello, sorry..bla.bla...where do yo come from:
Maria : i come from Finland..but recently i study in Singapore. Just finished!
Melihat penampakannya
Wayan : are you bacpacker? (menebak dari tampakannya)
Maria : yes, “ it is my southeastasian trip.

si gale-gale
Ujung2nya kami ngorol hampir satu jam di depan koleksi rencong aceh. Ternyata maria selanjutnya akan ke Jogja. Saya menyarankan dia naik kereta ekonomi kalo ingin harga murah meriah. Karena dia sehari akan lebih cepat ke jogjanya , kami pun janjian main bareng di Jogja. Serupa tapi tak sama dihadapan patung si gale-gale dari batak toba (anda bisa melihat pertunjukan atung si gale gale yang bisa bergerak gerak sambil ikut menari tor tor di pulau samosir). Tiba tiba saja terlibat obrolan dengan bapak muda yang ternayata seorang yang hobby jalan jalan hampir ke semua daerah di Indonesia.. Dia sangat bahagia katanya kalo berkunjung ke jogjaliat dari gelagat yang kayaknya masih akan bercerita panjang lebar, saya memotong pembicaraan dan pamit pergi duluan.

Ruangan etnografi ini seluas lapangan bola dengan atap tinggi ala eropa dan tanpa tiang penyangga, makin tambah terlihat luas. Satu demi satu lemari yang berjejer dari barat ke timur saya tengok dan baca satu persatu. Habisnya menarik dan so many something new and i have never seen before.  Kluster etno jawa selalu khas dengan kumpulan gamelan dan seni topengnya. Di tengah tengah etno yogyakarta ada patung kuda terbang berpenunggang wanita. Tebak siapa?? Tentu saja bukan wanita berkalung sorban yang sedang menunggang kuda tetapi, nyi roro kidul dari laut selatan yogyakarta. Penggambaran nyi roro kidul yang sangat jawanidan jarang diekspose.  

men brayut
pan brayut
Menyebrang ke etno Bali, tidak perlu di ekspos panjang lebar, budayanya sudah sangat dikenal orang bahkan melebihi dikenalnya Indonesia itu sendiri. Ingatt pertanyaan ini? “ Indonesia itu dimananya Bali??”. Sebagai orang berdarah Bali saya baru tahu nama patung lucu yang sering saya lihat di bali. Patung ibu bali digerendoti (susah nyatir bahasa Indonesianya) banyak anak di pundak, tangan, kaki, perut juga ada patung bapak bali memakai udeng (penutup kepala khas bali) yang digantungi banyak anak. Nama mereka adalah pan brayut dan men brayut (Gmana ya ngejelasinnya...lucu aja bahasanya). Brayut itu sendiri dari kata mebrayut artinya ya menggatungi (mengerendoti) rame rame melambangakan/simbol dari kesuburan. Maklum pepatah lama “banyak anak banyak rezeki.

dayak tattoo
tattoo equipment
Siapa yang tidak tahu tatto?? Apa kesan anda kalo melihat orang berwajah dingin bertatto banyak ,.pasti langsung berpikiran orang kriminal. Tidak begitu dengan suku dayak di kalimantan. Suku ini mempunyai adat bertatto (aslinya, sekarang udah jarang). tatto di buat dengan cara yang amat menyayat nyayat (emang bener kok). Kulit dilukai dengan semacam duri/logam kemudian di beri tinta dari warna tumbuhan supaya meresapnya sampai ke daging daging kayaknya. Jadi kan bisa permanen. Dari keterangannya dan hasil ekplorasi saya, tatto ini tidak dibuat sembarangan karena merupakan bagian tradisi. Motif tatto tertentu juga menyatakan status sosial dari si pengguna tatto. Tapi makna yang sama dari semua tatto tersebut adalah fungsinya. Tatto dianggap sebagai cahaya/obor yang akan menerangi jalan menuju keabadian setelah kematian, jadi semakin banyak tatto makan jalan itu akan semakin terang tentunya.

borneo fashion

beauty is painful
Yang menarik lagi dari borneo adalah pakain kayunya kulit kayu disamak dan dijadikan baju, sanagat fashionable sekali. Apalagi wanita asli dayak yang memakai anting berat di telinga sampai sampai telinganya molor, makin molor makin cantik. Kecantikan di tiap etnis berbeda. Seperti juga di daerah chiang mai-chiang rai thailand ada Suku Karen yang para wanitanya memakai semacam tabung logam dililitkan di leher supaya lehernya tumbuh panjang karena leher panjang itu cantik (bagi mereka), lain lagi di cina kuno, wanita dipakaikan sepatu besi atau bebat di kaki agar kaki tumbuh kecil, karena wanita cantik adalah wanita berkaki kecil (menurut mereka lagi). Kesimpulannya : beauty is painful.

Toraja sebagai ikon sulawesi saya highlight di museum ini. Pajangan rumah tongkonan, gambar proses pemakaman dan kerbaunya memang terkesan sangat purba. Tau kah anda harga kerbau belang untuk proses pemakaman itu satunya bisa ratusan juta?? Makanya juga semakin banyak kepala kerbau di tongkonan berarti status sosial yang tinggi. Ya iyalah, harganya aja segitu. Siapa juga yang tidak kenal batu lemo tempat pekuburan suku toraja yang di pahat di tebing batu. Gmana caranya memahat batu tebing ya?? Padahal ini sudah ada berabad abad yang lalu. Mereka percaya semakin tinggi letaknya semakin cepat kembali ke alam surga. Patung di pemakaman tebing sendiri adalah patung orang yang dikubur di dalamnya yang memakai pakaian sesuai perannya semasa hidup. Jadi setelah ini apakah jika anda berkunjung ke batu lemo berniat memesan patung diri anda???

ancestor statue
 Di ujung ruangan ada dua patung tingginya mungin 4 meteran karena hampir menyentuh langit langit museum. Patung ini bentuknya sangat mistik. Saat didekati dan dibaca keterangannya ternyata patung nenek moyang suku asmat Papua. Yang dikiri laki laki dan kanan perempuan, terlihat dari tampakan kelaminnya.  Fungsi dari patung nenek moyang sama halnya denga suku lain semisal dayak biasanya sebagai penolak bala, kesuburan, penyembuh, dan semacamnya. Makanya biasa diletakkan di pintu masuk desa atau depan rumah. Hmmm..di area ini juga banyak underwear asli Papua dipajang, Koteka. Dari segala macam ukuran (herannya gede gede lo..) dan bentuk. Kalau Armani atau Christian Dior dari Papua, pasti dia akan membuat koteka ini menjandi trend fashion dunia. Pertanyaannya?? kapan saya bisa ke Papua ya??

Di belakang ruangan etno masih ada ruangan rumah adat semua suku di Indonesia. Bukan gambar tapi benar benar rumah, baik ukuran biasa atau seukuran rumah-rumahan . Asli lo! Pindah dari sini ada ruangan yang lebih terang dan lebih banyak tulisan. Ruangan ini berisi pembahasan dan artifak dari lima agama di Indonesia. Hindu, Buddha, Islam, dan Christian. Dari semua tempat dan sumber yang memajang pembahasan mengenai Hindu, baru di museum nasional ini yang berisi penjelasan yang sesuai menurut saya. Bandingkan dengan di tempat tempat lain, buku sejarah, bahkan di televisi nasional banyak salah menjelaskan dan cenderung merusak isi yang sebenarnya. Ya iyalah yang membuat penjelasan bukan dari pemeluk agamanya.

indo textile
Di ruangan tekstil memajang aneka jenis kain asli dari seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari tenun ikat, batik, songket. Dari sini juga saya tahu kalau tenun gringsing asal desa tengenan karang asem bali adalah salah satu the best di dunia (fakta tertulis lo..). Heran nya saya, sudah 20an tahun hidup di Indonesia baru tahu ada ratusan macam jenis kain dan motifnya, semua bagus bagus, indah indah, bagus coraknya ya bagus juga bahannya. Kalo ditanya apa sebenernya yang di motif itu, ternyata sanagt simpel penjelasannya. motif hewan, motif tumbuhan, motif serangga, tapi kalau sudah ditenun jadinya shopisticated. Sebut saja lagi tenun gringsing, tenun ikat dari flores, songket sumatera. Disimpulkan secara asal asalan, cara pembuatan motif kain ada dengan di tenun (misal tenun ikat, songket, dll), di gambar (misal batik), dan di sulam (misal kain tapis lampung).  Ruang pamer kain saat itu sepi banget, i was the one and only there!

yupa yupanya ini yupa
adityawarman
Di selasar tengah diii oleh artefak sejarah Indonesia. Mulai dari prasasti sampai arca. Dulu saya hanya  melihat semuanyadi gambar dalam buku sejarah karangan pak Wayan badrika (buku sejarah Erlangga), ternyata barang aslinya ada di tempat ini. Sekilas yang langsung saya ajak foto adalah Yupa yang terkenal dari kerajaan kutai. Yupa paling membekas di otak saya akrena kerajaan Kutai selalu menjadi pembuka sejarah Hindu budha, jadi yupa lah yang menjadi gambar prasasti pertama di buku sejarah . Bentuk aslinya berupa batu persegi yang bertulis huruf pallawa (mirip huruf Tamil India). Arca disini banyak sekali, ya tentunya berasal dari zaman kerajaan Hindu Buddha. Dari ribuan arca yang ada (sampe segitu gak ya??), ralat menjadi ratusan arca yang ada bisa dilihat ciri arca Budha atau Hindu. Arca Budha biasanya ada sikap tangan (mudra)  yang khas. Sedangkan arca hindu yang ada di sini umumnya beraliran Siwa seperti Ganesha, Siwa itu sendiri yang ditandai dengan atribut bermata tiga, ular, rambut bergulung keatas, trisula, atau berupa lingga-yoni. Ada juga Durga yang disimbolkan dengan wanita, tengkorak dan simbol peperangan serta kematian. Dari semua itu yang paling menyita lapang pandang adalah Arca Adityawarman, besar tinggi di sentral depan pintu masuk. Ada yang tau siapa Adityawarman?. Beliau adalah keturunan melayu padang-majapahit. Salah satu buktinya, nama museum terkenal di Padang adalah museum Adityawarman .

from the east side
Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa dilihat, ada ruang perunggu yang isinya semua peninggalan dari perunggu seperti nekara yang ukuran sebesar drum oli sampai perhiasan berukuran mini. Ada juga ruangan Thailand yang merupakan kerjasama Kingdom of Thailand dengan RI isinya semua tentang keindahan Thailand dengan wat watnya di bangkok maupun Ayuthaya. Thailand memang punya peran khusus di museum ini. Nama museum nasional ini sendiri kurang populer. Semua orang lebih mengenalnya dengan sebutan museum gajah. Kenapa?? Ya tentu saja karena ada patung gadjah berbahan perunggu berwarna kehijauan berdiri di depan gedung museum ini. Trus hubungannya apa sama Thailand?? Patung ini sumbangan dari raja Chulalongkorn Thailand.

the museum itself
Waktu keluar dari museum ini nyesel juga, ternyata hari ini ada english dan french tour. Sayang sekali gak telat ikut. Lumayan bisa diguide gratis dalam english dan french. Kalo dalam bahasa asing pasti penyampaiannya bakal textbook dan lengkap, dan yang lebih penting ini gratis. Saat melangkah ke jalan raya, liat mbak dan bapak yang foto di depan patung gajah membuat saya keingin-ikutan foto disitu, sayang sekali lagi..saya lagi solo travel jadi males dah minta orang lain buat fotoin. Alhasil saya foto gadjahnya saja.



























No comments:

Post a Comment

thankyou for your comment..