Monday, 4 April 2011

session 3 : BALI - where east meets west (lanjutan West flores :komodo and so much more)



Untuk mengetahui cerita sebelumnya, silakan klik link berikut
 # session 1 : perjalanan ke komodo
 #session 2 : komodo trekking



Day 6, 26 januari 2011
Lab. Bajo-Denpasar melintasi Maldive (maladewa)
berfoto di bagian deppan bandara komodo

Pilihan yang sangat sulit bahkan membutuhkan rapat yang super serius dalam mengambil keputusan untuk menggunakan pesawat terbang ke Denpasar. Mengapa menjadi dilema adalah karena :
1.      Tentu saja uang yang kami keluarkan akan lebih mahal dari pada nge-bis. Dengan ngebis ke denpasar akan ada selisih sekitar 150RB rendah dari pada naik pesawat.
2.      Karena rute satu-satunya yang tersedia adalah Bajo-denpasar, maka kami harus ke bali dulu Baru ke lombok, atau dari bali kami langsung pulang.
boarding pass bandara, ntar harus dikembaliin lagi lho..
Namun yang menjadi alasan utama dan tidak bisa tidak adalah bahwa keadaannya, kami tidak punya pilihan lain. Pilihan lain yang tersedia adalah kami menunggu cuaca berubah sehingga kapal ferry akan beroperasi kembali (itu ntah kapan, bisa besok, lusa, seminggu, bahkan sebulan kemudian), atau pinjam pintu kemana sajanya doraemon (yang ini lebih lebih gak mungkin). Dengan budget yang semakin mencekik pun kami akhirnya harus mengambil pilihan terbaik diantara yang terburuk saat itu.

Flight kami adalah pada pukul 09.25 waktu NTT. Kami berangkat pukul 07.30 ke bandara menggunakan angkot jedak-jeduk lagi yang pegangan atasnya berwarna-warni (ganjen sekali). Kami mencarter dengan uang lebih sampai di bandara. Waktu tempuh ke bandara sekitar 20 menitan.  Apa yang bisa anda lihat di bandara :
1.     1.  Tidak ada plang nama bandara sama sekali di area luar bandara, bahkan kami tidak dapat mengidentifikasi yang mana batas bandara dengan tanah umum.
2.     2.  Petugas bandara belum ada yang datang, hanya ada beberapa bapak penjual sovenir sudah nangkring menunggui meja dagangannya.

plang nama bandara, hanya ada di area landing
Lama menunggu di luar, saya kabur untuk urusan perut ke toilet belakang dan kembali lagi untuk foto foto di depan bandara ini. Jam 08.30 lebih pintu bandara baru di buka. Kami langsung check in. Saya melihat mesin X-ray di counter check in, tapi apa yang terjadi kita cuma di cek manual, di pegang pegang dan ada yang lolos tanpa diperiksa. Mungkin X-raynya mati atau biaya menghidupkan mesin itu tidak sebanding dengan jumlah orang per-hari yang harus diperiksa sehingga secara cost akan lebih efisien jika dilakukan manual (kalo bawa narkoba sanagt gampang lolos). Barang juga di timbang manual (lupa, apa kita juga di timbang berat badan ya?? Kayaknya iya). Setelah cek in kami membayar airport tax senilai 10Rb dan diberi boarding pas. Alamakkk..boarding pasnya bukan print tapi kertas foto kopian yang dituliskan nomor dengan spidol dan dibungkus plastik.

Masuk ke ruang tunggu, hampir tidak ada yang bisa dilakukan. Disini ada satu komputer yang tulisan bisa untuk internet tapi pas digunakanjuga  gak bisa, tapi lumayan juga bisa main free cell sama solitare, selain itu di sini juga ditempel spanduk print besar dan bagus bertemakan west flores : komodo and so much more yang bagus untuk background foto. Suasana ruang tunggu yang berukuran 6X6 meter saat itu penuh karena akan ada dua penerbangan yaitu merpati dan transnusa. Selain itu juga ada kedatangan pesawat merpati dari ende yang akan transit disini sebelum melanjutkan ke denpasar sekaligus menurunkan penumpang.

Jam 9 lebih kami mendapat panggilan manual untuk naik ke pesawat. Apa yang masih membuat saya penasaran?? Saya masih belum menemukan apa sih nama resmi bandara ini. Karena dari tadi tidak ada sama sekali tulisan/plank yang mengatakan nama bandara ini. Masuk ke areal take off pesawat ternyata baru ada plank nama bandara ini yaitu Bandara komodo, bukan bandara labuan bajo.  Masuk ke pesawat merpati yang memuat tidak sampai 50 penumpang kami bebas memilih tempat duduk karena memang kita tidak punya no. Kursi pesawat, yang lebih asik lagi sebelum duduk, di pintu pesawat kita menyerahkan kembali kertas boarding pass kita ke pramugari untuk nanti mereka gunakan kembali pada penumpang yang lain.



selamat datang dalam penerbangan bersama Merpati airlines. Anda berada dalam peaswat dengan nomor......saat ini kita berada pada ketinggian jelajah ...... kaki dan dengan kecepatan .... knot. Kita terbang dari bandara komodo menuju bandara ngurah rai denpasar. Tidak ada perbedaan waktu dengan daerah tujuan. Pesawat akan terbang selama 2 jam dan akan tiba di tempat tujuan pada...cuaca di tempat tujuan dilaporkan baik.....”
 Suara awak pesawat yang mengawali penerbangan membuat kita kembali ingat bahwa kita sudah tidak ada di labuan bajo lagi dan akan segera mendarat di pulau dan propinsi yang berbeda.
dari atas pesawat

dari atas pesawat

 “WAWAAAAA..WWW” kita kan akan ke bali yang harusnya melewati ratusan kepulauan NTT di selat sape namun saat kami terbang di atas Maldive, maldivenya indonesia. Ratusan Pulau pulau biru dengan laut bergradasi dari biru, hijau toska dan putih. Pulau-pulau atol yang mnyembul dan terlihat memerangkap laut ditengahnya sehingga tampak seperti danau di tengah pulau. Sungguh sungguh ribuan pulau dengan karang yang bagus. Sangat susah di ceritakan sebelum anda melihat dan merasakan sendiri. (O ya, ini adalah kali pertama Manu naik pesawat. Berarti dilema untuk naik pesawat ini adalah keberuntungan bagi manu. Walaupun pengalaman pertamanya harus bersama pesawat kecil). Tidak pernah saya fokus melihat keluar full dari awal penerbangan sampai tempat tujuan selain saat itu.

Bali, Wisata buat teman-teman saya, Wisata (spritual) juga buat saya,
Jam 11 kami mendarat di bandara ngurah rai dengan cuaca yang kalau tidak di bali pasti semua orang gak akan mau keluar rumah. Panas banget cuiiiy. Lama menunggu di tempat pengambilan barang karena barang kami tidak muncul-muncul, padahal tempat tas nya sudah muter muter berkali kali. Ya, jelas saja tidak ada, kita salah tempat tunggu, karena tas kita ada di mesin barang sebelah. Dan kami baru sadar hampir setengah jam kemudian.
kalau 2 diatas, 3org di lantai

segara sadhu inn, dari luar
Kami berjalan keluar gerbang untuk mencari taxi lewat agar harganya lebih bersahabat. Karena kami bersepuluh dan membawa ransel puluhan kilo, kami bagi dalam tiga kloter taxi. Tujuan kami adalah ke jalan poppies 2, Segara Sadhu Inn. Losmen teman saya/adik kelas yang memperbolehkan kamar untuk 2 orang ditempati lima orang dengan harga miring. Dalam pencarian, kami harus bertanya 2 kali untuk menemukan losmen ini. Segara sadhu inn ada di kiri jalan dalam gang dari jalan popies 2. Jadi masuk popies 2 (dari jalan pantai kuta), kemudian belok kiri dan masuk gang pertama di kanan. Masuk gang ini, maka di sebelah kiri akan ketemu plank nama segara shadu inn. Check in barang selesai. Kami menyewa 2 kamar selama 2 hari. Satu kamar diisi 5 orang. Dalam kamar ada dua single bed ukurann lumayan besar. Total kami membayar 500rb selama dua hari untuk 10 org. Jadi perorang/perhari adalah 25RB. Padahal harga normal adalah 1 kamar max. 2 org, harganya 200-225 perhari.

Semua anak yang lain beres beres dan mandi. Saya dan rizka keluar mencari rentalan motor untuk kita semua. Kami berhasil mendapatkan 5 motor dengan harga sewa 50rb/motor dan menambah 5000 rupiah untuk asuransi.





Kuta-Uluwatu-Pecatu resort-tanah Lot
dengan motor rentalan, menjadi kompas di depan 


start dari kuta pada pukul 13.00 langsung meluncur ke arah bukit jimbaran menuju uluwatu. Dengan lima motor rentalan, Aku dan rizka di garis depan sebagai kompas. Dari tahun ke tahun suhu pulau bali memang semakin panas dan lalu lintas semakin macet (Efek negatif dari banyaknya kegiatan pariwisata yang juga turut mendongkrak kegiatan mobilisasi ekonomi).  Agar tidak kerepotan ditengah jalan kami mengisi full tank bensin motor di pom bensin bukit jimbaran. Jalanan terus naik, berkelok,,tidak ada kata turunan. Memasuki daerah ungasan, bukit sebelum GWK kita harus ekstra hati hati karena jalanan tidak mulus, sempit, berkelok, menanjak dan kadang terhalang bukit, dan yang paling harus diwaspadai terutama pengendara motor dan mobil mini adalah kendaraan lain yang melaju kencang serta berukuran besar. Banyak tronton, truk dan bis bis ukuran jumbo ikut berebut jalan dengan wisatwan rentalan macam kami-kami ini.
Selain menjadi pemandu untuk teman teman, setiap ke bali tujuan utama saya sebenarnya untuk beribadah. Setiap ke bali pura yang rutin saya kunjungi untuk bersembahyang salah satunya adalah uluwatu, disamping tanah lot, ulun danu batur, dan besakih. 


tebing di sisi selatan pura uluwatu, tepi samudera hindia
Sampai di uluwatu, saya memisahkan diri sejenak untuk berganti kostum sembahyang. Kata teman teman si saya power ranger karena harus masuk toilet untuk berubah (jadi orang tidak tahu kalau saya adalah power ranger, ganti baju harus sembunyi dulu). Setelah semua mendapatkan kain (bahasa balinya : kamen) untuk disarungkan dan diikat selendang (bahasa bali : anteng). Kami masuk ke areal pura melewati segerombolan monyet monyet liar yang sudah akrab dengan manusia dari berbagai bangsa dunia. Saya sembahyang dulu ke pura utama yang bertulis : “for worshiper only” atau area mandala utama (Bagian pura yang paling sakral khusus untuk sembahyang). Sembahyang disni benar-benar selalu bisa memebri chemistry yang saya cari. Yang ada hanya suara ombak pecah dari bawah tebing. Selesai sembahyang saya menemui anak anak lagi yang sudah berpencar di luar. Mereka semua berfokus pada dinding tebing pura sambil menghindari monyet. Saya mengajak berjalan ke arah selatan ke areal yang lebih sepi mnyusur pinggir tebing. Sampai di ujung selatan ada sedikit tanah lapang yang menjadi tempat favorit saya untuk berteriak teriak menghilangkan kepenatan. Kalau melihat kebawah rasanaya mengerikan karena karang karang tajam dan deburan ombak samudera hindia yang putih-hijautoska siap menyambut bagi yang mau terjun.
monyet2 liar di sekitaran pura

Semua anak memiliki gaya yang normal, gaya yang agak wagu (aneh : bahasa jawa) adalah mas corry (lagi lagi mas corry,lagi lagi ini juga subjektif saya saja). Dengan gaya kamen ala pendeta bali dan rambut yang di gelung ala pendeta juga namun kadang kadang sambil mengigit gigit padang rumput gaya anak gembala. dari tempat ini kami puaskan memandang samudera hijau toska berbuih yang tanpa ujung, bener bener bisa bikin fell freedom.

Sampai di pura lagi, saya malah jadi bintang foto, aneh ya ngeliat orang habis sembahyang trus pake pakain sembahyang ala adat bali?? (sok sok..an,,padahal seneng). Yang paling heboh ngajak foto adalah Vina dan Vini. Tapi ada yang jauh lebih menarik dari pada saya (ya iyalah..), tapi yang ini sungguh levelnya tidak seimbang. Sekelompok monyet yang sedang berbaris arisan, mencari kutu, menggaruki punggung monyet lain sambil mnyusui dan satu monyet jantan yang ngebossi. Bener bener keluarga poiligami monyet yang sejahtera (sebelumnya si lerry sempet tarik tarikan sandal sama si biang monyet samapi harus dibantuin oleh bapak pengunjung yang lain)
Dari uluwatu kita lanjut ke pantai dremaland, sebelumnya kami singgah makan di warung asal pinggir jalan. Kebetulan nemu warung halal milik orang wonogiri, jadi lumayan bisa mengisi perut perut yang lapar di tengah susahnya mencari tempat makan yang tidak di cap 100% haram oleh MUI untuk teman teman saya.
Sebenarnya kami tidak ke dreamland mengingat waktu yang sempit untuk mengejar sunset di tanah lot, karena pertimbangan ke tanah lot yang jauh plus macet minta ampun yang harus siap kami hadapi dalam perjalanan kesana. Pada akhirnya kami hanya menyusuri jalan pecatu resort yang megah ke arah pantai dreamland dan kemudian naik lagi untuk berfoto di patung garuda besar di pintu resosrt tersebu



Motor terus kami tancap menuruni bukit jimbaran ke arah tanah lot. Saya agak lupa jalan detailnya tapi dengan hati hati sambil memperhatikan plang kami berada di jalur yang benar.  Dari jalur tuban-pantai kuta saja sudah macet-cet, lewat seminyaak jauh lebih macet. Pokoknya sampai ke tanah lot kami lalui dengan macet parah parah dan itu pun hitungannya kami sudah telat. Jam 5 sore kami masih dalam perjalanann yang belum dekat dengan tanah lot. Masuk ke persawahan canggu lalu lintas sudah mulai ramai lancar memberikan harapan kalau kita bmasih punya waktu untuk mendapatkan sunset di tanah lot.

pura luhur tanah lot
Sampai tanah lot saya kembali berubah jadi power ranger. Teman teman saya minta duluan karena saya akan bersembahyang dulu di pura luhur tanah lot. Pura di batu karang tengah laut itu (dikhususkan untuk yang akan bersembahyang saja). Di tempat sembahyang saya bertemu dengan satu keluarga besar (lebih dari 15orang) dari denpasar yang sore itu mengadakan persembahyangan bersama. Saya nebeng mereka, sebelum dan sesudah sembahyang saya lama sekali ngobrol dengan bapak dan salah satu nenek dari keluarga yang sangat baik hati itu, saya diberi sarana sembahyang lengkap dan dipersilakan sembahyang duluan. Saya juga ditanya tentang kuliah, tentang jogja, dan bapaknya juga bercerita tentang dia pernah ke jogja. Dan neneknya juga bertanya : “ oh dari jogja, deket ya sama bogor?? Saya soalnya ingin sembahyang di pura gunung salak bogor. Berarti deket kan sma jogja”. Saya menjawab halus menghormati nenek baik hati itu (padahal dalam hati ingin ketawa juga, sejak kapan jogja tetanggaan sama bogor). Sebelum pergi duluan saya bersalaman dengan semua anggota keluarga mereka, mereka juga mengucapkan selamat jalan dan mendoakan semoga kuliah saya sukses di jogja (terima aksih doa kalian didengar Tuhan).

Sampai di bawah saya menjumpai anak anak lain yang sudah selesai berfoto foto menunggu sunset sampai maghrib pun lewat jauh.
 Lebih dari pukul 19.30 kami baru beranjak dari tanah lot kembali ke sarang di pantai kuta. Dalam perjalanan pulang kami sempat terpisah (memang terpisah karena mas corry mengambil jalan lain) Sedangkan kami sempat salah belok dan kembali lagi ke jalan sebelumnya, muter muterin jalan yang sama dan kemakan macet di jalan legian. Ya jadilah  kami telat sampai di losmen.

Malam malam di pantai kuta..ngapain?
Seharian melintasi 3 kabupaten dari tengah, ke ujung selatan, kemudian ke barat dan balik lagi ketengah pulau bali rupanya telah membuat sebagian orang kehilangan nyawa hidup namun tidak untuk saya. Para wanita hampir semuanya langsung bobo setelah mandi. Saya , basari, dan manu keluar mencari makan. Mas corry dan lain lain saya yakin pasti akan ke legian mencari bule untuk dikecengin atau ntah ngapain..., saya terus menyusuri jalan pantai kuta ke arah selatan berharap bisa menemukan makan malam yang murah. Sampai di warung made jalan pantai sisi selatan ternyata sudah tutup. Waktu sudah menunjukkan jam 12 malam dan kami pun belum makan, ya jadilah ujung ujungnya kami ke KFC untuk mengejar paket attack 10ribuan. KFC memang menjadi makanan hieginis paling murah di seputaran pantai kuta (dan tentunya tempat wisata internasional di belahan dunia manapun yang ada KFC atau McDonaldnya). Eitssss.. di KFC kami ketemu dengan Katherine wilson yang sedang bermuka biasa, tampaak kusut dengan seorang cowok,,ntah cowoknya atau bukan (karena terakhir setahun lalu nonton gosip dia dikabarkan dekat dengan keluarga cendana). Yang paling tertarik memastikan bahwa itu bener bener keket adalah basari, sampai-sampai dia nanya ke waiter, apa benear itu keket. Ya jelas waiternya bengong, orang sibuk kerja kok ditanya pertanyaan gak penting. Bener bener basari, orang dari jakarta kok liat artis masih waw aja. Secara jakarta, ke WC umum aja bisa ketemu artis.
Sebelum ke losmen kami bertiga singgah dulu bermidnite di pinggir pantai. Mengademkan diri sampai bosan dan pulang ke losmen. Di losmen yang bingung adalah bagaimana tidur agar ranjang yang muat 2-3 orang bisa dimuati 5 orang. Caranya adalah dua ranjang single ini kita jadikan satu kemudian satu orang tidur horosontal di ujung atas bed (tegak lurus terhadap sisis panjang bed) empat orang lainnya tidur vertikal searah sumbu panjang bed. Di bawah badan orang pertama.jadi bisa muat deh 5 orang. Dengan syarat orang pertama tidak boleh grasa grusu banyak gerak. Ide lain yang tidak jadi dilaksanakan adalah empat orang membentuk persegi trus satu diagonal ditengah.

Day 7, 27 januari 2011

Dari Ubud international village sampai ke hidden village of bali
Ubud the hearth of Bali
Banyak tempat yang musti kami kunjungi dalam waktu terbatas dan jarak yang berjauhan menyebabkan kami harus memeulai semuanya dari pagi. Rencana awal jam 7 tapi tetap tidak berhasil karena kenyataannya para pria belum bangun jam segitu. Jam delapan lewat banyak hampir jam 9, kami baru mulai perjalanan menuju ubud. Menyusuri jalan kuta ke arah jalan bypass ngurah rai melewati sanur sampai denpasar.  Untuk sarapan murah kami memebeli nasi jinggo seharga tiga ribuan yang banyak di jual di pinggir jalan (biasanya penjual menjajakan dengan menggunakan motor di pinngggir jalan jalan utama). By pass ngurah rai tersa panjang sekali, efek jalan mulus dan lancar adalah perasaan bosan karena tidak kunjung ketemu ujung dan perasaan monotonitas. Dari jalan persimpangan by pass ngurah rai-gatot subroto, kami terus melewati tohpati, batu bulan, celuk, singapadu, desa mas, peliatan dan sampai di ubud. Semua berjalan lancar kecuali manu-Vini yang tertinggal jauh sehingga kami harus stop di desa mas menunggu mereka (mereka salah belok, untu ke ubud jika datang dari arah denpasar dan melewati patung bayi besar duduk/patung sakah ambil jalan lurus jangan belok kanan. Manu belok kanan), sambil menunggu, semua membuka bungkus nasinya terutama yang saya paling ingat adalah Arni (lagi lagi kalau urusan makanan pasti Arni).

upacara adat dan agama di ubud
Ubud pernah menjadi desa internasional terbaik versi asosiasi pariwisata internasional dan majalah majalah tourism internasional. Kami memarkir kendaraan di depan pasar seni ubud yang sedang macet itu. Semua masuk ke pasar kecuali saya dan mas dedy yang tidak niat beli apa apa dan tidak punya duit lebih untuk beli oleh oleh. Kalau mas corry di atetap di kuta dan tidak ikut kami karena alasan dna urusan pribadi.
Sembari menunggu anak nak belanja, saya dan mas deddy mencari cari objek foto di luar puri ubud, di depna balai banjar yang kebetulan sedang penuh oleh umat yang akan bersembahyang. Sepertinya puri ubud sedang dalam gawe besar, odalan pura. Selesai belanja kami berbaris berebut tempat dengan para bule  untuk mengabadikan momen umat banjar ubud yang akan berangkat odalan ke pura bareng berbaris dengan diawali grup gong dan gamelan diikuti iringan ibu ibu dengan sesajen tinggi di kepala dan gadis gadis dan anak anak.meriah dan sanat bali sekali. Ubud yang kami lihat hanya tampakan luar yang penuh dengan tamu western, mulai dari yang hanya jalan, jalan sambil mendorong bayi, jalan samabil bawa anjing, sampai yang hanya ngopi.

Agustus tahun lalu saya sempat tabrakan kecil di seputaran besakih akibat bapak bapak yang belok tiba tiba tanpa menyalakan lampu sen yang menyebabkan muka saya baret kena aspal. Kali ini sat saaya mengambil motor dari parkir, bapak parkir pasar ubud dengan baik hati menarikkan motor disebelah saya dengan niat agar lebih longgar tetapi saya betis saya malah mencium knalpot panas motor sebelah. Alhasil betis saya melonyot dan muncul bullae (kulit membentuk kantung berisi cairan seperti saat kena setrikaan).

nasi ayam kadewatan
Selesai memberi pertolongan pertama pada luka bakar dengan menyrimkan sebanyak banyaknya air aqua agar reaksi tidak meluas kami melanjutkan perjalanan ke arah barat menuju bukit campuan dengan tujuan makan di nasi ayam kadewatan. Nasi kadewatan bu mangku tergolong makanan enak, terkenal, tapi terjangkau, satu porsi lengkap plus minum hanya 15K. Di tempat ini juga akhirnya setelah memeprtimbangkan waktu dan uang kami akan langsung pulang setelah semua agenda di bali selesai.

Berbalik ke arah pasar ubud kami memebelokkan motor ke arah uatara mengikuti jalan yang lurus melewati persawahan tegalalang yang terkenal sampai eropa. Sawah sawah terasering banyak ditemukan disni khusunya di banjar ceking, tegalalang. Masih terus lurus ke utara, berbekal motor matic tenaga pas pasan, dan gas pol akhirnya sampai di puncak kintamani yang dingin semriwing. Kintamani, memeiliki kontur, budaya, dan kehidupan sosioekonimi yang berbeda dengan bali yang orang umumnya kenal. Karena daerah ini lebih memusatkan kehidupan pada bidang pertanian dibandingkan seni.

danau dan gunung batur dari view point penelokan, kintamani
Duduk duduk, berfoto sambil memandang lepas ke arah gunung dan danau batur dari view point penelokan,, kintamani adalah hal paling pas yang bisa setiap orang lakukan disini.  View point ini sekarang sudah direnovasi dengan apik, pemerintah telah membangun semacam balkon pandang untuk memebri kenyamanan pada setiap pengunjung. Yang tetap membuat tidak nyamana dalah pedagang souvenir yang sering kali memaksa, mengintili sampai kita bosan bilang tidak dan tidak.  Pedagang pedagang ini umumnya bersal dari desa batur bawah yang keadaan ekonomi sanagt jomplang dengan batur atas(kintamani).

Di lihat dari atas saja landscape ini sanagt indah, apalagi jika kita turun langsung ke bawah munuju arah danau dan gunung. Namun untuk kali ini kita tidak melakukan itu karena pertimbangan bensin motor yang menipis. Jangan tertipu mata, meski terlihat sanagt dekat, jarak untuk sampai ke kaki gunung dan danau bisa lebih dari 10KM.

Pulang ke bali jika belum bersembahyang di merajan/sanggah/tempat ibdah yang menstanakan leluhur di pura keluarga rasanya durhaka sekali, oleh karena itu saya tetap harus pulang ke kampung saya. Sebenarnya saya gak enak pulang karena kalau pulang Cuma mandi capung, sejam 2 jam rasanya akan lebih menyakitkan hati keluarga saya, kayaknya kok lebih baik jika, mereka tidak tahu sama sekali saya sednag di bali., tapi akhirnya saya saat itu juga menelpon dan mengatakan posisi saya. Saya disuruh mampir pulang walaupun hanya menit atau jam.

makanan di desa saya
Rumah saya letaknya di banjar malet tengah, Desa tiga, kecamatan Susut, Bangli. Dari araha kintamani ikuti jalan menurun ke selatan kearah tampak siring (ini adalah jalan satu satunya yang menghubungkan kintamani dengan tampak siring secara langsung). Sebelum menemukan pasar kayu ambua silakan ambil arah kanan dan masuk kedalam hutan bambu, kebun jeruk maka disitulah desa saya, desa tempak semua generasi di atas saya berasal. Dan belokan ini juga yang menyebabkan waktu terbuang percuma untuk menunggu teman teman saya yang lain yang sok sokan mendahului tanpa menoleh kebelakang.

bersama keluarga
Rumah saya tepat ada di ujung utara banjar, tepat pula di depan pura desa atau bale agung banjar malet tengah. Desa saya adalah desa yang asri, sanagt asri, nyaman, tidak ada polusi, dan sanat aman. Angka pencurian hampir 0% sejak dari dulu sampai sekarang. Desa kami masih memegang teguh adat bali, terutama bali aga. Memasuki rumah saya langsung memberi sapaan kejutan, cium tangan ke kakak kakak sepupu saya, keponakan, ayam, dan anjing yang sudah akrab dengan saya. Cuma dua jam saya bisa singgah tapi saya sudah sempat bersembahyang di pura keluarga, menciumi keponakan bayi, bertemu dengan pakde, bukde, kakak sepupu, semuanya. Kami semua juga sempat makan bersama dan berfoto bersama keluarga saya. Saya masih ingat ceriata yang saya katakan ke manu tentang fakta budaya bali :diantaranya bahwa di bali tidak akan ada orang yang boleh kelaparan atau kurang gizi, karena tiap hari ada upacara agama di bali, dan di setiap upacara pasti ada suka cita dan makanan tentunya. Dan untuk tamu apalagi tamu jauh sanagta haram hukumnya k=jika pulang tanpa makan terlebih dahulu, makan yang dimaksud adalh makan nasi (istilah balinya : ngidih nasi).



Oleh Oleh part 1 di Erlangga denpasar.
Waktu adalah Tuhan, tuhan adalaha waktu..bingung malah jadinya. Saya harus pergi dari desa saya tercinta kembali ke Kuta.
Di jalan saya sudah mengkontak teman saya dari FK UNUD untuk menemani kami ke erlangga untuk membeli oleh oleh. Kenalkan namanya aditya, biasa dipanggil boy. Kami kenal saat ada konfrensi dan jambore di USU medan 8 bulan lalu. Erlangga memang menyediakan berbagai b=macam oleh oleh dari gologan baju, sandal, makanan, sampai pernak pernik dengan harga fix tapi murah meriah. Kami haru berpisah dengan boy di awal jalan imam bonjol menuju kuta. Teman memang orang yang selalu bisa membantu kita dengan ikhlas. Thankyu boy!!
Entah kenapa sore itu, dalam perjalan kembali ke losmen kami saling kejar kejaran motor kayak ABG ABG labil dan gilanya saya kejar mengejar dengan motor Vina-Vini sambil berteriak “halo cewek” sambil meniupkan senyum menggunukan tangan di bibir seperti iklan permen wangi. GILANI!!

Memanjakan perut di pasar adat kuta
 Jam sudah menunjukkan pukul 9.00 malam, makanan di kampung saya plus bekal makanan yang say abawa belum mebuat kamii cukup kenyang. Mas dedi,mas corry, dan basari memisahkan diri untuk pergi ke legian menyaksikan bule bule pada dugem (ini sbenernya obsesi dari basari, basari memang ada alim yang gak pernah liat hal hal berbau western). Sedangkan sisanya (kecuali Arni dan Lerry yang sudah tertidur)pergi berkuliner. Kami sempat melewati jalan legian sebanyak dua kali akibat salah belok dan harus berhenti diapotik untuk memebeli salep luka bakar untuk betis saya.
Karena di pasar kuta menyediakan makan halal dan non halal. Skami berhenti di spot makanan halal dulu. Dan kemudian saya memisahkan diri ke spot makanan non halal. (vini dan vini nyesel gak ikut aku) karena makanan hahal jawa timuran yang mereka makan rasanya sanagt biasa sekali. Hal ini juga yang membuat perut kami rasanya belum puas. Kami langsung menuju KFC mengambil tempat duduk dan menunggu jam KFC attack. KFC attack dibuka, banyak orang termasuk turis asing yang berebut. Asiknya kami bisa mendapatkan tempat di luar dengan dudukan sofa besar yang empuk plus dibelikan es krim sama rizka. Wah double attack deh.makanannya memang asik tapi jauh lebih asik adalah suasana yang kami ciptakan malam itu. Duduk berempet2an di sofa, di outdoor menikmati malam bali dengan seliweran bule sambil merangkum cerita dari awal berangkat lempuyangan, komodo samapi kepulangan kami besok. Menggosipkan kepribadian tiap tiap orang dari kami dengan sudut pandang masing masing. Dan yang jadi hot topik malam itu adalah : mas corry yang misterius asal usul dan pekerjaannya serta kebaikan dan kepandaiannya bergaul dengan turis asing, mas deddy yang sanagt narsis suka foto diri sendiri tetapi hasil jepretan fotonya selalu bagus, dan basari yang awalnya sanagt sopan, pemalu tapi belakangan berani memanggil Vini dengan panggilan Beibbs..,,.sampai hampir jam 3 pagi kami baru beranjak kembali ke losmen.. huhu saya gak kebagian tempat tidur. Jadi tidur dilantai.



Day 8, 28 januari 2011
Banyak bayi Panggang di Nusa Dua.

Pagi ini kami sarapan dipinggir pantai kuta, makan makanan jawa. Sarapan ini menjadi sarapan bersama terakhir kami dengan anggota yang lengkap. Seusai sarapan mas corry pamit untuk pulang duluan ke rumah saudaranya yang masih di bali. Vini dan Vina pamit untuk pergi ke bandara untuk pulang ke bandung lebih dulu karena besoknya mereka harus kuliah dan seminar di kampus. Daa..daaag...sahabat. semoga lain waktu kita bisa travelling bareng lagi ke desyinasi yang jauh lebih super.


salah satu ujung pantai nusa dua


Kembali ke jalan bypass ngurah rai kami langsung meluncur manuju pantai nusa dua yang ada di ujung selatan bali bagian timur (bingung kan???). dalam perjalan sempat ada motor memepet motor kami, bapak bapak ini adalah penawar jasa olah raga air di nusa dua yang mencari konsumen di tengah jalan. Cuekin saja saran saya. Kalaupun menag minat lebih baik cari di tempat tujuan saja.

Pantai nusa dua tergolong pantai yang eksklusif karena pantai ini didaratannya dibangun resort2 mewah kelas internasional. Memang hampir semua konfrensi internasional meimilih nusa dua sebagai tempat penyelenggaraan. Namun namanya pantai, secara undang undang dalah milik umum, maka pengelola tidak berhak melarang orang lain yang bukan tamu resortnya untuk pergi ke pantai. Hanya saja untuk alasan keamanan resort dan hotel mereka, kita harus diperiksa dulu sebelum masuk ke pantai.

waterblow
Pantai nusa dua memiliki garis pantai berkelok dan meiliki dua pulau kecil (makannya namanya nusa dua). Satu di bagian utara dan satu di bagian selatan. Kami langsung menuju pulau yang bagian selatan. Di pulau ini banyak tanaman dengan label nama negara penanamnya, hampir semua negara di dunia ada namanya di pohon pohon itu. Tujuan utama di pulau ini adalah pantai waterblow. pantai waterblow sama sekali tidak ada pantainya karena yang ada hanya laut dan gugusan karang karang tajam dipinggirnya. Namun deburan ombaknya yang berbuih menhantam karang hingga jauh ke darat menjadi atraksi utama yang bisa kita nikmati dari pendopo kecil yanga da di atas karang. Selain menikmati deburan ombak sebagian orang juga ada yang memancing disini. Sangat2 asik tidur tiduran di pendopo ini. Oasis ditengah tengah panasnya matahari yang tidak berawan sama sekali siang itu. Dalam perjalanan kaki kembali ke parkiran motor, di seputaran waterblow banyak sekali pasangan pasangan bule yang berbikini dan hanya berkolor membawa kereta dorong bayi. Bayinya yang masih merah di ungkep dengan kain sampai menutupi semua badannya untuk melindungi dari panas pmatahari yg benar benar gila siang itu. Sudah kulitnya merah, tipis, dijemur, bayi pula. Tega bener orang tuanya.

makan siang kali ini di tempat yang agak elit, di ayam betutu gilimanuk jalan tuban sebelum toko joger. Karena jam makan siang jadi waiting time untuk makanannya lebih dari sejam. Saya pun bener bener sempat tertidur pulas dia tas tas yang saya gendog didada.  Bagi yang tidak tahan pedas harap jangan coba coba makan disini. Untuk orang jawa, pedasnya dalah skala 9 dari 10. Tapi rasanya makjuss!!

Masih ada yang belum puas beli oleh oleh dan titipan, kami mampir dulu ke toko oleh oleh rama-krisna di dekat tempat makan ayam betutu. Dan arni lah yang belanjaannya paling banyak. Saya sampai bingung mau beli apa disni karena tidak punya uang. Lebih dari sejam akhirnya saya menemukan barang yang saya inginkan yaitu kodok ngorek seharga 8K untuk mengusir stress.
salah 3 bule nordic-caucasian yang berhasil saya jepret

Sore terkahir kami nikmati dengan bersantai di pantai kuta, ssekedar duduk duduk mengamati aktifitas orang lain dan menunggu sunset. Saya, arni, dan rizka memutuskan untuk men-tatto bagian tubuh dengan tatto temporer oleh tukang tatto bernama pak wayan (tidak ada hubungan saudara dengan saya).
wayan di-tatto pak wayan

Jam 07. Malam kami berangkat ke terminal ubung yang memakan waktu lebih dari setengah jam menggunakan 2 taxi. Bapak taxi yang saya tumpangi sanagt amat ramah dan informaatif. Saya berdiskusi tentang semua budaya bali dan budaya jogja, tanpa bilang kalau saya sendiri adalah orang bali sehingga bapaknya memberikan informasi lebih dari setiap pertanyaan yang saya ajukan mengenai budaya bali jaman sekarang.



Day 8, day 9


Kepulangan yang Colorful
Taxi baru saja berhenti di depan terminal ubung, tiba tiba segerombolon cowok cowok terminal membuka bagasi taxi dan mengambil tas kami serta mengangkutnya ke bis mereka yang menuju surabaya. Dengan seperti itu mereka yakin bahwa kita pasti mau gak mau akan naik bis mereka. Yang paling bingung saat itu adalah Lerry yang tasnya diambil dan dibawa masuk bis, sedangkan saya sudah mengambil tas saya yang diambil. Lerry pun minta tolong ke saya untuk memintanya kembali, baru saya mau meinta, ibu jendral datang dan dengan tegas memarahi para sopir bis dan kernet serta calo calo penumpang itu dengan nada amat tinggi. “Kembalikan gak tas temen saya!!”  kami TIDAK MAU NAIK BIS INI!! “cepet balikin”, begitulah kira kira kata kata yang dikeluarkan Rizka. MANTAB!! Mereka pun ketakutan dengan muka kesal mengembalikan tas kami lagi.

Ubung gilimanuk kami tempuh selama 3 jam. Tepat jam 11 kami sampi di pelabuhan. Kendaraan pengangkutnya berupa bis kecil. Disebelah saya duduk mas mas dari jember yang bekerja di bali. Anehnya tiba tiba tanpa basa basi dia lagsung curhat ke saya kalu barusan dia berantem dengan pacarnya dan sedang ada maslah keluarga. Kok berani sekali ya, tiba tiba cerita pada orang tak dikenal..memang manusia ada ada saja.

Perjalan pulang ke Jogja kali ini memang cukup berwarna. Dalam penyebrangan ke banywangi di tengah laut hujan deras berangin berpetir turun. Kami yang ada di dek atas kebasahan dan kedinginan. Sampai di stasiun banyuwangi, emperan stasiun sudah penuh para penumpang yang sudah tidur di stasiun duluan, menunggu kereta pagi. Akhirnya satya menemukan kursi di luar rumah penduduk untuk saya tiduri menunggu pagi datang. akhirnya kami tiba di jogja bersama kereta sritanjung pada pukul 9Malam.


TUNGGU BAGIAN KEEMPAT (#4) YANG KHUSUS MEMBAHAS TRANSPORTASI, AKOMODASI, DAN ANGGRAN YA.

3 comments:

  1. jakakak yang paling asoi pas di terminal ubung :D Mbak Rizka menampakkan sosok aslinya (lho)

    ReplyDelete
  2. woh, sosok asli yang kaya mana ni? saya kan baik hati dan tidak sombong, hahaha :D

    ReplyDelete
  3. aku no comment..tapi manu sebagai orang yang lebih intens dan sering bertemu seharusnya dapat dipercaya kata katanya..hdup manu!!

    ReplyDelete

thankyou for your comment..