Wednesday, 31 August 2011

LENGGAK LENGGOK JAKARTA (part 1)


Berlibur Ke JAKARTA ? Kayak gak ada tempat lain aja..!

Ya, itulah salah satu komentar teman  ketika saya  mau jalan jalan ke jakarta. Teman lain bilang, “ ngapain lo ke jakarta?? Kagak ada apa apa...paling macet doang. komentar komentar pesimistik dan sarkastik tentang jakarta memang wajar dan pantas di dapatkan jakarta yang satu indonesia tahu kalo kota ini adalah kota paling ruwet, panas, polusi, macet sepanjang hari, dan isinya orang sibuk plus individualis. Masih ingat saat  menghost teman berlibur di kampung saya di bali dan dia menawari berlibur- mengeksplore Jakarta. Saya mengajukan persyaratan, bahwa jika dia bisa membuatkan 10 kegiatan/tempat yang menarik dan layak kunjung , maka saya mau ke jakarta.
Sejak oktober 2010 exploring jakarta sudah diniatkan tapi selalu saja waktunya tidak pas. Saat saya bisa, teman yang di jakarta jadwalnya sedang penuh, atau sedang tugas di luar kota, dan begitu juga sebaliknya. Hukum alam berbicara, kesempatan sering datang disaat saat mepet.  Malam jam 18.00 tanggal 21 Maret 2011, saya baru menapakkan kaki setelah menempuh perjalanan darat dari sempu (trekking)-malang-Jombang-yogyakarta. Sahabat Jakarta mengabari kalau saya diharapkan sudah sampai dijakarta esok sore hari, karena malamnya dia sudah punya jadwal untuk saya. Nice host, but bad time! posisi saya jauh dalam kondisi yang lebih flexible, sedangkan dia sudah jadwalnya lagi penuh dan sudah menyusun jadwal, tentu saja saya yang harus menyesuaikan. meskipun badan belum siap betul untuk di romusha lagi.

Jadwal mendadak ini memunculkan lumayan banyak masalah : pertama, baju baju saya masih kotor semua setalh perjalanan ke malang-sempu, kedua adalh masalh akademik, saya belum meyiapkan syarat wisuda seperti foto dan dokumen dokumen lainnya, ketiga saya harus potong rambut saya yang sudah panjang dan gatel, keempat kereta pagi tidak ada yang ekonomi murah meriah, kelima walaw masih ada kerte bisnis yang sedikit tapi belum punya tiket...Langkah cepat diambil : jam 18.00 turun dari trans Jogja, jam 18.30 makan malam, jam 19.00 meletakkan barang di kost, jam 19.00-19.45 antri potong rambut yang lama banget, 19.45-20.15 ke malioboro, 20.15-20.45 cari barang keperluan di salah satu toko di malioboro. Jam 21.00 di stasiun tugu nanya tiket, tapi ternyata loket untuk bisnis ke jakarta sudah tutup ( so sad), 21.30 mampir di indomaret beli perbekalan, jam 21.45 sampai di kost, mandi, ganti baju, merapikan kamar yang model kapal pecah, mencari dokumen wisuda, packing sampai jam 24.00 dan tidur.

Pagi jam 06.30, berangkat ke stasiun tugu untuk berjudi semoga masih ada tiket on the spot ke Jakarta. Untung saja dapet satu tiket meskipun di gerbong terakhir karena memang mendekati tiket penghabisan. Di tempat duduk yang tertera di tiket ternyata ada mbak mbak yang menduduki, ya terpaksa dengan sopan saya bilang “maaf, mbak..benar ini kursi no.12?..sepertinya ini kursi tempat saya, mbak...” sopan tapi sama saja mengusir. Lama lama bosan juga di dalam kereta, tanpa hape, tanpa game, tanpa MP3 hanya berbekal buku dewaruci setebal 441 halaman plus koran yang saya pinjam dari or ang di kursi depan yang lumayan bisa membunuh waktu dengan kecepatan 5menit/halaman. obrolan panjang dengan bapak disebelah menggantikan buku yang mulai membosankan. Ternyata ia adalah pemilik padepokan di daerah utara hotel hyatt Yogyakarta, tempat latihan olah batin dan penyembuhan/rehabilitasi pecandu narkoba secara tradisional. Ia juga memberikan kartu namanya. Namun,  rokoknya si bapak yang tidak pernah putus membuat jengkel juga, terhitung dua bungkus lebih dihabiskan dari stasiun tugu sampai stasiun jati negara jakarta (±7jam), pingin tak rontgen dah paru parunya buat penelitian.
Jam 16.30 kereta fajar utama yang saya tumpangi tiba di pasar senen, stasiun tercinta di jakarta. Stasiun yang punya banyak kenangan..buku dewaruci ini sekali lagi sangat berguna untuk ngemper di emperen tiket sambil selonjoran menunggu teman menjemput.


maghrib di mesjid sunda kelapa, khotib ali mustafa yakub
Setangah jam menunggu, teman saya datang menjemput dan langsung meluncur ke jalanan jakarta. Suasana jalan jakarta memang sangat jauh berbeda dengan di Jogja, banyak bunyi klakson disini. Sebelum menuju rumahnya di kawasan menteng dalam, kami singgah di rumah Jendral Abdul Haris Nasution, panglima jendral yang selamat dari tragedi PKI. Rumahnya kini menjadi museum dengan patung beliau berdiri di depannya.  Dari tempat ini kami menuju mesjid cut mutia, mesjid putih tua, untuk melaksanakan sholat azhar, sementara menunggu sholat, saya (tidak) menikmati tahu gejrot yang mangkal di halaman mesjid, rasa tahunya kemana,
 bumbunya kemana..! Waktu maghrib cepat sekali tiba (ya iyalah..solah azharnya tadi aja udah jam 17.15an), kami mampir lagi di mesjid sunda kelapa yang terkenal itu, mesjid besar berwarna hijau..saya juga ikut masuk ke dalam ruang mesjid (tentunya tidak ikut sholat), ikut dalam barisan jamaat sholat sambil mendengarkan khotbah dari khotib pak Ali mustafa yakub yang mulai terkenal saat menjadi imam penyambut kedatangan Barack dan Michelle obama saat kunjungan di mesjid Istiqlal tahun lalu. Sekitar 15 menit mendengarkan ceramah beliau, kami pun langsung meluncur ke menteng dalam.

Setelah melempar barang bawaan,membersihkan diri, kemudian berkenalan dengan kedua orang tua teman saya itu. kami langsung meluncur keluar untuk mencari tempat makan. Kami makan di Ali baba steak. Sejujurnya saya tidak mengerti apa yang harus saya makan di tempat ini. Otomatis secara refleks saya jawab : “sama kayak Aris tante”, saat ditanya apa yang ingin saya pesan.  Maka datanglah seonggok daging salmon berwarna merah orange dengan kenatang dan jagung. Secara nutrisi tentu saja tidak usah di tanyakan lagi. Ikan salmon hidup di laut dalam negara iklim dingin pastinya banyak kandungan protein dan endapan mineral. Tapi secara rasa mungkin (juga harusnya) enak tapi suasana tidak bebas dan sungkan membuat makanan menjadi tidak enak. Saya menghabiskan makanan ini dengan amat susah payah,  mendorong dengan air minum supaya bisa hanyut ke  kerongkongan... akhirnya habis juga walaupun sayurnya tidak tersentuh. Rasanya perut penuh banget, penuh 500mL air.


Dari Batavia sampai Jakarta
Seusai sarapan jam 06.30 saya mandi dan nonton tivi, sedang aris pergi ke rumah sakit untuk ikut laporan pagi dan kemudian pulang lagi (a.k.a bolos). Setengah 9 kami keluar jalan kaki menuju jalan casablanca. Naik angkot warna biru ke arah mega kuningan-karet. Padahal sudah jam 9 tetap saja macet panasnya poll. Tidak betah lama lama di dalam angkot (yang gak bergerak), baru sampai bundaran mega kuningan, kami turun dan melanjutkan dengan jalan kaki ke arah halte karet. Ternyata masih 3000an meter dan tidak ada pedestrian plus debu proyek dimana mana. Tapi lumayan di mega kuningan banyak gedung gedung besar pusatnya pemukiman dan perkantoran ekpatriat, hotel JW marriot dan ritz carlton yang bagus dilihat, ada lagi gedung sampoerna yang besar, siapa coba yang tidak tahu sampoerna. Memang saya mendes (mental desa). Di halte karet ini lah sejarah hidup saya terukir, saya naik trans jakarta (mendes lagi). Trans jakarta yang tak pernah sepi dan selalu tidak dapat tempat duduk, jauh beda dengan transjogja yang selalu terlihat lengang. Berbekal peta trayek transjakarta yang saya download dan print saat di jogja, kami menuju ke halte harmoni kemudian transit dan berganti bis ke arah halte Kota. Dari halte Kota kemudian menyebrang melalui lorong bawah tanah sampai di sebrang jalan di depan museum Bank mandiri.

Museum bank Mandiri

mau ambil duit
Menitipkan tas, membeli tiket , dan masuk. Isinya anak sekolah semua tapi secara umum sepi sekali karena tidak ada benda spesial didalam sini. museum ini menampilkan siatuasi bank dan peralatan perbankan jaman dulu. Ada kalkulator sebesar mesin ketik, buku tabungan seberat 5kilogram (busyettt), kamar brankas bawah tanah yang semacam penjara lawang sewu mistisnya, dan diorama situasi orang-orang bertransaksi dalam bank tersebut. Ada juga ruangan VoC yang menampilakan foto 5 koloni VoC kala itu. Ada Bataviasche, Brutonzorg (Bogor), semarang, bandung, dan cirebon dengan lambang lambang yang khas.



Museum Wayang

wayang kembar
Pasti isinya wayang!!. Mulai dari wayang jawa, sumatera , bali sampai wayang Cina. Wayang jawa pun ada macem macem ada wayang gaya banten, cirebon, jogja, solo sampai gaya banyuwangi.ada wayang kulitm wayang kayu, sampai wayang kain.  Ada juga topeng topeng daerah. Hal menariknya lagi kita bisa tebak tebakan kira kira ini topeng asalnya dari mana?? Karena tiap daerah mempunyai gaya yang berbeda dan khas. Museum ini isinya sangat berharga buat dilihat dan di baca. Koleksinya lengkap, penataan dan pencahayaannya bagus, tempatnya juga nyaman... lagi lagi disini full anak SD dan anak TK serta gurunya yang sedang teriak teriak menerangkan sedangkan muridnya lari lari bercanda..di bagian depan juga ada dua ondel ondel besar yang siap di ajak bermain. Artinya ondhel ondhel sebenarnya juga sebuah wayang.




Bersepeda onthel di Kota Tua, Museum bahari, pelabuhan sunda kelapa, jembatan intan, dan museum fatahillah
Kami menyewa 2 sepeda onthel untuk berkeliling kota tua, satu saya kendarai dan satu lagi teman saya dibonceng oleh yang punya sepeda sekaligus sebagai guide. Cukup lengkap rasanya bersepada onthel dengan menggunakan topi ala menir belanda jaman kolonial, topi putih mirip di acara anto jadoel di tivi merah. Sangat menyenangkan bisa bersepeda di jakarta.  Yang sangat menggangu adalah jalur wisata yang kita lewati dengan sepeda bergabung dengan jalur umum yang banyak didominasi tru truk tronton yang akan dan datang dari pelabuhan membuat sesak karena banyak debu debu semen beterbangan, dan bisa dibayangkan kalo kesenggol tronton, bisa bisa saya jadi nyamuk ketepok  tangan.

jakarta dari atas menara pandang sunda kelapa

                                                                   Pelabuhan sunda kelapa didominasi oleh kapal kapal berukuran sedang yang menggunakan mesin dan layar dengan bahan badan kapal dari kayu.  kapal layar disini banyak yang mengangkut semen dan juga mencari ikan dari dan ke kalimantan atau sulawesi. Bisa di bayangkan betapa megahnya pelabuhan ini pada jamannya di tahun 1700an. Dari pelabuhan ini kami menuju menara pandang pelabuhan, dari atas bisa dilihat jauh ke laut lepas pelabuhan dan juga bisa mengawasi kapal kapal yang akan berlabuh atau akan melaut. Dari sini juga tampak gedung gedung jakarta sekaligus rumah rumah kumuh di bantaran kali hitam ciliwung yang saya yakin dulu pasti tidak seburuk yang saya saksikan saat ini. 




perahu yang ada di relief borobudur-museum bahari
Tidak jauh dari pelabuhan ada museum besar bernama museum bahari, didalamnya banyak contoh perahu tradisional suku suku yang ada di indonesia. Kapal cina dan pinisi tetap yang designnya paling bagus. Tapi perahu papua lebih ajaib, dibuat dari satu batang pohon besar yang di lubangi tengahnya jadi tidak ada paku atau sambungan kayu (wajarlah, di papua kan gampang mencari kayu sebesar perahu). Dulu museum yang punya banyak jendela kayu besar besar dan tembok super tebal (60 senti) ini adalah gudang penyimpanan rempah-rempah yang dikumpulkan dari indonesia timur untuk dijual oleh VOC ke Eropa. Disinilah saya tau cerita kematian gubernur jendral VOC yang terkenal kejam saat itu Joen peterzoon Coen (JP Coen) yang dibuku sejarah disebutkan mati terkena wabah kolera yang menyerang ciliwung saat itu. Ternyata dia mati dibunuh pemuda Indonesia. Jelas malu, masak petinggi belanda dibunuh pribumi yang saat itu semacam budak. Bagaimana si pemuda bisa membunuh JP Coen?? Menurut si guide JP Coen ternyata tertarik mempelajari ilmu hidup abadi jaman dulu yang bernama ajian RAWA RONTEK, yang jika dibunuh bisa hidup lagi. Pemuda pribumi mengetahui kelemahan dari ilmu ini. Saat bertarung, si pemuda berhasil memenggal kepala si jendral kemudian tidak membiarkan bagian tubuhnya menyentuh bumi dan bertemu. Bagian tubuhnya di kubur di tempat terpisah. Satu kuburannya ada di museum bahari yang dipercaya adalah kepalanya.

jembatan intan-tergaul dijamannya
Sepeda dikayuh menuju kawasan pertokoan bernama redshop/toko merah, toko besar berwarna besar bermotif bata berpintu besar dan tinggi khas bangunan negara empat musim. Gedung ini tidak bisa dimasuki, jadi lumayanlah bisa menikmati bagian depannya. Cukup menyebarang kita sudah sampai di jembatan intan, jembatan belah tengah, bisa diangkat dan disambungkan. mirip jembatan sungai thames di London. Ceritanya pada jaman dulu jembatan ini menghubungkan bagian kota timur dan barat yang dipisahkan oleh sungai ciliwung, namun pada jaman itu banyak kapal rempah yang datang dari luar jawa membawa rempah rempah menuju pusat batavia melalui sungai ciliwung, jadi pas ada kapal lewat jembatan ini diangkat. Pasti cool kalo sekarang masih bisa seperti itu. Tapi ya semua tau, sungai ciliwung sekarang sudah hitam legam berlumpur, dangkal dan sampahnya menggila.

Tour sepeda onthel berakhir di museum fatahillah atau museum sejarah jakarta. Museum dengan bangunan ala eropa berpintu besar berdinding kokoh ini di cat dengan warna putih polos dengan cat kusen jendela berwarna hijau. Seperti gaya eropa, banguanan ini juga memiliki lapangan luas di depannya (city square/piazza kalau di italy). Di dalam museum dan diluar museum penuh dengan anak anak SD dan TK yang sedang melakukan karya wisata (seragamnya beda beda dan bagus bagus..maaf mendes lagi karena saya dulu langsung SD). Bahagianya melihat masih banyak anak anak yang mengunjungi tempat bersejarah meski dalam kerangka kewajiban tugas sekolah. Minimal mereka lebih beruntung. Saya baru bisa ke tempat ini saat duduk di bangku kuliah  dan tepatnya sudah selesai kuliah. Mereka masih TK saja sudah bisa pergi ke tempat ini. 




kejamnya belanda pada pribumi-museum fata
Di dalam museum terpajang model orang belanda yang sedang melakukan hukuman gantung pada orang pribumi, ada juga cermin cermin besar yang horror. Ada juga lukisan lukisan mengenai pemberontakan masyarakat pribumi pada belanda diantaranya Sultan Agung yang terkenal dari Mataram Yogyakarta. 

penjara p.diponegoro-perhatikan bola bola besinya
Di halaman belakang ada satu uang yang terkenal, ruang sempit dan sangat amat sempit dengan batu batu beton berbentuk bola sebesar bola sepak yang ternyata adalah penjara Pangeran Diponegoro karena telah melakukan pemberontakan perang diponegoro tahun 1825-1830. Di tempat sempit inilah beliau diikat dengan rantai yang di beri pemberat bola beton sebelum di pindahkan ke manado dan ujung pandang.

Sambil jalan ke halte busway
Wayan : ‘ris, katanya lo mau balik ke kampus lagi siang ini??
Aris : “gak lah, udah TA..sekalian kabur...
Wayan : maapkan saya karena telah melanggar UUD 1945 untuk ikut mencerdaskan bangsa (dalam hati saja)


piazza san batavia
Perempatan kota tua ke arah Harmoni benar benar seperti keadaan jakarta yang saya tau dari tivi, pengap, angkot berserakan sembarangan, kaki lima tumpah ruah, pengemis, pengamen, tampang pencopet bergerilya cari duit, suara klakson bikin emosi (masih kalah si sama klakson medan..soalanya disini semua klakson mobil..bukan klakson yang suaranya woi..minggir!!) Huffp..berhasil juga nyebrang ke halte trans di sebrang jalan. Berbusway siang siang bolong ke arah harmony bukan pilihan yang terlalu tepat karena sumpek pek..penuh nuh.,.tapi asiknya gak macet...liat kendaraan pribadi di sebelah bis i, langsung teriak :syukurin kena macet,bosen bosen...sana..makanya mobil gede-gede jangan cuma buat satu orang..kan jalan jadi penuh..(lagi lagi hanya dalam hati).

baru selese ngepel dari pagi sampe jam 12..
betapa kecilnya hambaMu
Tujuan berikutnya adalah Istiqlal, untuk apa?? Tentu saja untuk beli oleh oleh!!, ya pastinya untuk sholat. Saya udah beberapa kali lewat di di depan istiqlal tapi belum pernah masuk ke ruang utama yang biasanya untuk sholat idul fitri/adha yang ada presidennya. Yang sholat hanya si aris, saya cuma ikut masuk dan duduk disamping orang yang sholat. Wah gede banget mesjid ini..dipikiran saya yang pertama adalah..saya mau bertemu dengan tukang pel yang bertugas disini.pasti 12 jam baru selese kerjaannya. Sandal pun harus dititipkan dan diwadahi plastik segala. Ini menandakan betapa banyaknya para maling sandal yang ikut2an sholat di sini.  Ntah berapa orang yang muat sholat di mesjid ini, yang jelas satu stadion jamaah kayaknya cukup. 

istiqlal-masih yang terbesar di asia tenggara
Dari halaman depan, dalam, sampai keluar lewat halaman belakang sudah cukup membuat haus wus... memutar mutar jalan sampai sempat singgah sebentar di gedung kesenian jakarta, kebetulan di dalamnya ada syuting dangdutan untuk acara TVRI (yang tidak menarik).





spagetti ice cream @IDR 27K
Apa komplikasi jalan kaki di tengah siang bolong di Jakarta. Yap, tentu saja haus dan lapar.. Apa kuliner yang jadi andalan di sekitar sini? Ya..ini Ragusa Es krim Italia. Di depannya ada jualan mie seafood juga. Masuk ke es ragusa ini tempatnya kecil sempit tapi pengunjungnya ramai. Mulai dari yang generasi tahun 70(an) sampai generasi milenium dan ada kru dari trans TV juga. Di luar expetasi saya, ternyata penjualnya KOKO dan CICI buka sinyore dari Italy. Padahal dari foto2 yang terpampang di dindingnya, tempat ini udah ada sejak jaman gubernur belanda pak JP Coen dr belanda. Cukup dengan 27.500 rupiah (cukup mahal maksudnya), es krim spageti lembut dengan taburan coklat porsi besar bisa disantap.  Ini kedai es krim yang bisa menyamai enaknya kedai es krim tua di surabaya yang rasanya klasik dan beragam.
Keluar dari es krim Cina rasa Italia,  langsung berhadapan dengan jalan besar yang lapang dan lengang. Kali ini mau coba transport yang lain. Naik bajaj. ini bakal jadi pengalaman pertama yang seru...,

mamang bajaj
Aris : “bang, pasar senen ya??
Wayan : dengan heboh mencoba membuka pitu sampingnya
Pak bajuri : kagak usah dibuka mas..langsung loncat aja naiknya..
Wayan : oh begitu..dengan semangat patlima..

Sampe di depan gerbang passer baru : bersama abang bajuri yang lagi nongkrong..
Wayan : “bang pinjem bajajnya buat dicoba dan foto foto ya??
Bajuri : ya, asal ada uang rokoknya mas..
Setelah misi selesai, satu lembar uang 2ribuan saya kasi bapaknya...(bisa buat beli 4batang rokok linting...)

Baru masuk gerbang :
Stranger : “selamat siang mas,.mas baru pertama kali datang ke pasarr baru??:
Aris : ya, pak ini temen saya dari jogja pingin jalan jalan kesini...ada apa ya pak??
Stranger : wah selamat ya mas, karena mas pengunjung baru di sini mas dapet diskon 75 0 persen. Mas cukup membayar jam tangan ini 30ribu rupiah dari harga aslinya 200ribu.
Wayan : “gak pak, saya udah punya jam” (sambil menunjukkan jam di tangan kanan saa).. langsung melengos..
Ceritanya, ini pasar modern yang pertama kali di jakarta/batavia yang dibangun belanda.  Banyak si barang barang unik tapi saya memang tidak niat belanja. Yang kita lakukan disini adalah mencuci kacamata si aris di toko garansinya..jadi gratis dan langsung pulang. Asal tau juga gang kelinci di lagunya titik puspa ada di pasar ini lo teman teman. Weit..sebelum gerbang ketemu sales jam yang tadi lagi dan dia mencoba triknya lagi ke kita..dia lupa kalu dia sudah menawari kita berdua pas tadi masuk. 

katedral jakarta
perjalanan dilanjutkan menuju katedral. Ntah sebenarnya boleh masuk atau tidak tapi satpamnya diam saja. kami ngekor dibelakang orang lain yang berbaju rapi yang akan beribadah (kami juga cukup rapi kok). Tujuan kami hanyalah berkunjung menikmati kekhasan gereja katedral. Gereja punya kekhususan rasa yang spesifik, pasti luas, beratap sangat tinggi dan terkesan detail dan megah, suasananya pun hening dan sangat pribadi, hanya antara kau dan Tuhanmu. Katedral sendiri dari bahasa sananya berarti kursi/tahta kedudukan dimana bertahta seorang uskup/uskup agung. Keuskupan ibarat sebuah provinsi gereja gereja, atau pusatnya gereja dari sebuah ke”propinsi’an gereja katolik. Kalo di Indonesia ada keuskupan jakarta, kupang, semarang,dll.  Jadi katedral jakarta ini bukan pusat dari gereja di daerah Indonesia lainnya melainkan sejajar dengan ke uskupan lain yang pusatnya sama sama di vatikan.
Puas mengekplor gereja neo gothic bermenara dua ini, perjalana( kaki) dilanjutkan menuju lapangan banteng yang punya sejarah khusus. 




kerak telor
Dulu namanya lapangan ikada. Sapa yang tau?? Ya , pada 19 agustus 45 bung karno berpidato kemerdekaan disini dan mendapat sambutan rakyat di luar dugaan. Pidato kemerdekaan publik yang pertama dan masih dikelilingi senjata senjata penjajah. Di lapangan yang tidak terlalu luas ini ada sejumlah orang (kurang dari 10) sedang olah raga dan ngobrool ngobrol, sambil mengistirahatkan kaki. Di tepi jalan ada abang  menjajakan kerak telor. Hampir 20 menit makanan yg dibuat dari telur bebek, beras, kacang, dan kelapa ini baru jadi. Lama nian padahal yang beli cuma saya. Dari segi rasa biasa saja, cenderung tidak enak, mungkin juga karena sudah terlalu capek dan telat makan jadi udah mulai mati rasa lidahnya. Tapi satu hal lagi yang jauh jauh lebih penting adalah pengalamannya, pengalaman pernah makan kerak telor di jakarta, pinggir jalan dengan penjual orang betawi. Apa lagi yang kurang coba??!

Berbekal satu botol tanggung air mineral perjalanan dilanjutkan ke taman suropati daerah menteng. Kali ini kami terpaksa naik taksi karena jalur buswaynya tidak sampai kesana dan harus berganti ganti kendaraan umum ksananya. Siang itu tidak terlalu macet sehingga ongkos taxi di share berdua tidaklah mahal. Refrensi mengunjungi taman satu ini saya dapatkan dari satu artikel internet yang sempat saya search sebelumnya berjudul 99 hal yang bisa dikerjakan di Jakarta., memang benar taman ini hijau tropis dan teduh. Sekumpulan pohon hijau dikelilingi seliweran kendaraan, sekumpulan orang yang sedang main musik, latian bartender, duduk duduk, maen sama anak, kejar kejaran, atau sedang galau duduk di kursi sendirian.

Menimang nimang waktu sudah sore(sekali), berjalan kaki melintasi rumah rumah kedubes negara sahabat di seputaran menteng diselingi rumah rumah besar dengan tembok yang tingginya menggambarkan hati para penghuni di dalamnya (ntah ada penghuninya atau tidak, karena sama sekali tidak kelihatan). Saya singgah di satu SD istimewa, SDnya presiden Barack Obama. SD yang dengan bangganya membuatkan patung untuk kunjungan (yang batal) si Barry ke mantan SD nya. 


Berjalan dua kilometer sampailah di depan minimarket istimewa yang belum ada di jogja. 711 (baca : seven eleven). Tepat di depannya ada taman menteng. Taman yang banyak bangunan kaca kaca transparannya plus ABG ABG gaul jakarta. Disnilah saya dipaksa minum minuman sejenis soda dengan ukuran gelas jumvo bernama SLURRPEE!!.., cara minumnya adalah : sebelum meminum..tariklah napas sedalam dalam dan sebanyak banyaknya untuk meningkatkan cadangan oksigen di paru kemudian sedot sedalam dalamnya minuman semi-es ini dengan satu sedotan terpanjang yang kamu bisa tanpa putus. Kemudian tahan dan telan pelan pelan..SENSASINYA DUAHHHSYATTT..bener bener ABABIL rasanya. Saya gak kuat..mata saya langsung merah dan terpejam pejam. Dinginnya sampai otak ter-freeze!

Perjalanan kaki dilanjutkan lagi ke arah bundaran HI melewati dalam gedung wisma nusantara TV one.
Wayan “ ris, ini orang orang ngapain nyegat taxi di tengah jalan??”
Aris : :dudul lo, itu yang namanya joki”
Setelah saya menerima penjelasan panjang lebar, apa, siapa, ngapain si joki ini, saya mencoba berpraktek menjadi joki. Mengacungkan tangan, menawarkan diri pada mobil mobil yang lewat. TAPI TIDAK LAKU! Anehnya adalah, joki itu melanggar hukum tapi tepat diujung jalan dimanan para joki berjejer menawarkan jasa ada beberapa polisi yang sedang berjaga. Jangan jangan mereka bagi bagi penghasilan.

Lama mengalay menuruti keinginan mental desa saya, bosan juga berdiri didalam bundaran HI, maen maen air dan sekedar tiduran di tengah jalur tersibuk Jakarta. Langkah kaki di arahkan ke arah jalan jaksa melewati Sarinah mall. Pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia. Akhirnya dapat menikmati udara dingin dan bisa mengistirahatkan kaki sambil asik nonton video konser david foster di salah satu toko CD bersama para mas dan mbak serta salah satu personel kahitna. Di ujung sarinah adalah Jalan sabang yang konon lampu merah adalah lagi lagi yang pertama dijakarta dan Indonesia juga pastinya. Jalan ini dibagi dalam dua jalur dengan pemisah jalan yang tidak rasional, tingginya hanya kurang dari 5 sentimeter.

lebih dari 5 kilometer sejak dari taman suropati sampailah di Jalan Jaksa, jalan pusatnya backpacker internasional menginap di Jkarta. Persis seperti kawasan sosrowijayan malioboro dan poppies line Kuta. Sepanjang jalan ini isinya losmen, kafe, dan penyetan dengan para bule berseliweran.masuk ke gang gang hanya sekedar untuk tau isinya, akhirnya kami memutuskan makan di kafe makanan melayu india memesan roti canai tissue dan teh tarik. Makanan yang datang adalh roti kerucut sitinggi 70 centimeter.damn!!







Sama sekali tidak terasa karena jam sudah pukul 20.00, kami pulang jalan kaki ke sarinah lagi untuk mengejar busway ke arah karet. Malam itu busway sudah sepi tapi tetap saja jalan tetap macet mobil mobil pribadi. Dari halte karet inilah dimulai perjalanan mencari kitab suci di rumah. Perjuangan yang berat. Setelah 12 jam berolahraga menikmati lenggak lenggok jakarta, kini kami harus jalan kaki lagi sejauh 4kilometer. Kaki saya sudah panas memakai sandal selama seharian. Saya memeutuskan jalan tanpa sandal sampai di rumah. Di jalan saya sempat checkpoin mengistirahatkan kaki berkali kali di dapan gedung gedung tinggi, di bawah terowongan casablanca. Namun tetap saja didekat rumah sempat berfoto di rumah yang dulu di kontrak keluarga Obama saat di Jakarta. Petualangan berkahir jam 10malam dengan hasil memuaskan dan kaki mengenaskan.